Connect with us

Business

Tantangan APBN Semester I-2024: Defisit Besar dan Subsidi Energi Membengkak

Published

on

Baca juga berita yang lain : Business

Jakarta (usmnews) – Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan serius dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk semester I-2024. Menurut laporan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, defisit APBN pada periode tersebut mencapai Rp 77,3 triliun, setara dengan 0,34% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Perbandingan yang signifikan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang masih mencatatkan surplus sebesar Rp 152,3 triliun, menunjukkan penurunan yang dramatis.

Penurunan Pendapatan Negara

Pendapatan negara pada semester pertama tahun 2024 mengalami penurunan mencolok sebesar 6,2% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai total Rp 1.320,7 triliun. Ini hanya setara dengan 47,1% dari target pendapatan tahun ini sebesar Rp 2.802,3 triliun. Penurunan pendapatan ini terutama dipengaruhi oleh kinerja penerimaan pajak yang turun 7,9%, dengan total Rp 893,8 triliun. Sementara itu, penerimaan dari kepabeanan dan cukai turun 0,9% menjadi Rp 134,2 triliun, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami penurunan 4,5% menjadi Rp 288,4 triliun.

Lonjakan Belanja Negara

Di sisi pengeluaran, belanja negara meningkat drastis mencapai Rp 1.398 triliun, naik 11,3% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan belanja ini terutama didorong oleh belanja untuk Kementerian dan Lembaga (K/L), belanja non K/L, serta transfer ke daerah.

Subsidi Energi dan Kompensasi

Salah satu titik sorot dalam rapat kerja tersebut adalah perkiraan kenaikan subsidi energi pada APBN 2024. Sri Mulyani memproyeksikan bahwa subsidi ini akan meningkat sebagai akibat dari fluktuasi harga minyak dunia, lifting minyak, dan perubahan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Meskipun harga minyak dunia dan nilai tukar dolar AS mengalami kenaikan, pemerintah memutuskan untuk mempertahankan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik bersubsidi untuk menjaga daya beli masyarakat. Hal ini berarti APBN harus menanggung selisih harga yang tidak ditutupi oleh tarif yang tetap.

Proyeksi Semester II-2024

Sri Mulyani juga memperkirakan bahwa dampak dari kenaikan subsidi dan kompensasi energi akan lebih terasa pada semester II-2024, dengan harapan beberapa parameter ekonomi mulai stabil.

Kesimpulan

Dengan proyeksi defisit APBN 2024 mencapai Rp 609,7 triliun atau 2,70% terhadap PDB, pemerintah akan menghadapi tantangan besar untuk memastikan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran negara. Kenaikan defisit ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan yang tidak mencapai target dan lonjakan signifikan dalam belanja negara. Pemerintah diharapkan akan terus memantau dan menyesuaikan kebijakan fiskal untuk mengatasi dinamika ekonomi yang terus berubah.

Dengan demikian, upaya pemerintah untuk mengelola APBN dengan efisien dan efektif menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia di tengah tantangan global yang berat.

Update terus berita terkini! Kunjungi halaman usmtv.id
Artikel mengenai Tantangan APBN Semester I-2024: Defisit Besar dan Subsidi Energi Membengkak dapat Anda temukan pada Business dan di tulis oleh Fiona