Connect with us

Anak-anak

Pacaran remaja tak disarankan karena mereka belum siap kecewa

Published

on

Jakarta (usmnews) – Pacaran di usia remaja sering menjadi perdebatan hangat. Banyak orangtua menentang hubungan ini, tetapi kenyataannya, banyak siswa mulai tertarik pada lawan jenis dan menjalin hubungan. Dalam kondisi ini, remaja mencoba mengeksplorasi perasaan mereka, meskipun belum sepenuhnya memahami konsekuensi emosionalnya. Oleh karena itu, masyarakat dan pendidik harus memberikan perhatian khusus agar remaja tidak mengalami kekecewaan mendalam.

Namun, pacaran sering kali menuntut perhatian ekstra dari remaja, yang belum siap mengelola emosi mereka. Psikolog Wahyu Bintari, S.Psi, M.Psi, menyarankan agar remaja menunda pacaran sampai mereka memiliki pemahaman yang lebih realistis tentang hubungan. Dengan demikian, mereka dapat menghindari konflik dan kekecewaan.

Selanjutnya, Wahyu menekankan pentingnya manajemen waktu yang baik. Remaja sering terjebak antara aktivitas sekolah dan hubungan asmara, sehingga tidak berpacaran dapat membantu mereka menjaga prestasi akademis. Oleh karena itu, mereka harus fokus pada pengembangan diri dan mengejar tujuan dengan optimal.

Lebih lanjut, orangtua memainkan peran penting dalam memberikan edukasi seks kepada anak remaja. Mereka harus mendampingi dengan pendekatan yang lembut dan terbuka. Orangtua sebaiknya tidak melarang secara frontal, melainkan mendiskusikan nilai-nilai hubungan dan batasan yang sehat, termasuk tentang pacaran.

Akhirnya, Wahyu menyimpulkan bahwa pacaran harus dihadapi dengan kesiapan mental dan kemampuan mengelola emosi. Remaja perlu belajar menyeimbangkan antara hubungan pribadi dan tanggung jawab akademis. Dengan bimbingan yang tepat, mereka dapat menghindari kekecewaan dan konflik yang sering muncul. Selain itu, dukungan dari orangtua serta pendidik akan memperkuat pemahaman mereka mengenai nilai-nilai hubungan yang sehat. Pacaran, jika dijalani secara matang, dapat menjadi bagian dari proses pembelajaran kehidupan. Namun, remaja harus menyadari bahwa pengalaman ini menuntut kedewasaan yang belum selalu mereka miliki. Oleh karena itu, mereka harus mengembangkan kedewasaan secara bertahap melalui pengalaman hidup yang beragam dan bimbingan yang konsisten. Secara serius.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *