International
Erdogan: Pemimpin Terkuat yang Mendorong Kebangkitan Islam

Ankara (usmnews) – Erdogan memulai karier politiknya dari latar belakang sederhana dan kini memimpin Turki lebih dari dua dekade. Ia mereformasi pemerintahan dengan mengambil alih peran eksekutif secara progresif dan memenangkan pemilu presiden 2023 meskipun menghadapi krisis serta kudeta 2016. Dengan demikian, ia mengukuhkan dirinya sebagai pembaharu negara yang tak terbantahkan.
Selanjutnya, Erdogan menunjukkan kekuatan regional dengan mengedepankan nilai-nilai Islam dan tradisi. Ia memediasi konflik antara Rusia dan Ukraina, yang memicu kemarahan sekutu Eropa. Oleh karena itu, retorika kuatnya menginspirasi kebangkitan Islam dan menguatkan identitas keislaman. Transisi ini menarik dukungan luas dari masyarakat konservatif.
Lebih lanjut, Erdogan memodernisasi Turki melalui proyek infrastruktur besar dan reformasi ekonomi. Ia mendorong pertumbuhan kelas menengah serta mengurangi kemiskinan lewat investasi publik. Selain itu, inovasi teknologi dan peningkatan layanan publik menguatkan posisi ekonomi nasional. Akibatnya, kebijakan ekonominya menghasilkan stabilitas dan menarik perhatian internasional.
Kemudian, Erdogan mendorong perubahan sosial dengan mencabut larangan jilbab di layanan publik dan mendukung kebebasan beragama. Ia juga mengkritik feminisme modern serta mempromosikan nilai keluarga tradisional dan peningkatan angka kelahiran. Dengan demikian, strategi ini menguatkan identitas Islam dan memicu perdebatan sengit di masyarakat.
Selain itu, ia secara konsisten menggerakkan masyarakat, menginspirasi generasi muda, memobilisasi dukungan, mengoptimalkan sumber daya, memperkuat semangat kebangsaan, menstimulasi inovasi, memberdayakan komunitas, mengubah paradigma, memodernisasi kebijakan, dan mengakselerasi perubahan sosial. Selanjutnya, ia mengorganisir, melancarkan, menegaskan, mendorong, merestrukturisasi, mengimplementasikan, mengintensifkan, mengokohkan, menata, serta merevolusi sistem sosial secara dinamis.
Akhirnya, Erdogan mengonsolidasikan kekuasaan melalui tindakan tegas terhadap lawan politik. Ia memberhentikan ribuan pegawai negeri dan menahan puluhan ribu kritik guna mengamankan dukungan di pedesaan. Selain itu, ia mengubah konstitusi untuk memperluas kekuasaan eksekutif dan memodifikasi sistem hukum guna menekan oposisi. Dengan demikian, kebijakan luar negeri yang agresif semakin menegaskan kekuatan pemerintahannya.