International
AS Kerahkan 2 Pesawat Pengeboman B-1B ke Laut China Selatan

Manila (usmnews) – Amerika Serikat (AS) mengerahkan dua pesawat B-1B ke Laut China Selatan untuk latihan militer bersama Angkatan Udara Filipina. China mengambil langkah ini sebagai respons terhadap ketegangan yang meningkat di kawasan tersebut terkait sengketa wilayah. Pesawat B-1B, yang sebelumnya dapat membawa bom nuklir hingga 1994, berpartisipasi dalam manuver bersama dengan jet tempur FA-50 milik Filipina. Manuver ini, yang berlangsung sejak Selasa lalu, bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi udara antara kedua negara.
Latihan tersebut fokus menguatkan kemampuan tempur dan operasional bersama di wilayah udara Filipina. Angkatan Udara Filipina menyatakan bahwa latihan ini bertujuan menyempurnakan strategi taktis dan meningkatkan interoperabilitas antara kedua angkatan udara, serta memperkuat kemampuan pertahanan udara dan pengoperasian bersama yang efektif.
Pengerahan pesawat B-1B menunjukkan komitmen AS terhadap sekutunya di Indo-Pasifik, kurang dari sebulan setelah AS mengirim pesawat serupa ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam. Langkah ini memperburuk hubungan antara China dan Filipina di tengah ketegangan di Semenanjung Korea dan sengketa Laut China Selatan.
Pasukan maritim China meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dengan menduduki zona ekonomi eksklusif Filipina yang disengketakan. China mempertahankan klaim wilayah tersebut dengan berbagai taktik, seperti serudukan dan meriam air. Meskipun risiko bentrokan meningkat, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menegaskan bahwa ia tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut. Namun, ia memperingatkan bahwa tindakan yang merugikan warga negara Filipina akan melampaui batas.
Pengerahan pesawat B-1B menegaskan komitmen AS mempertahankan dominasi udara dan keamanan kawasan Indo-Pasifik. Angkatan Udara Pasifik AS (US PACAF) menyatakan bahwa kedua negara memperkuat koordinasi operasional untuk menjaga stabilitas kawasan. Selain itu, ketegangan dengan China mendorong Filipina untuk melaksanakan program modernisasi militer senilai USD 35 miliar dalam dekade mendatang.
Dengan meningkatnya ketegangan ini, AS dan Filipina semakin memperkuat kerja sama pertahanan mereka. Pada Januari 2025, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo untuk membahas cara-cara untuk memperdalam kerja sama pertahanan kedua negara.