Connect with us

International

AS Kehilangan Keunggulan di Antariksa, China Makin Dominan

Published

on

Jakarta usmnews- John Bentivegna, penasihat senior Angkatan Antariksa AS, mengakui keunggulan Amerika Serikat di bidang antariksa terus menyusut. China menunjukkan kemajuan pesat dalam penguasaan orbit, pengembangan senjata orbital, dan perang elektronik. Dalam beberapa tahun terakhir, China menambah aset di orbit hingga 600% dan mengoperasikan lebih dari 1.000 satelit, separuhnya mampu mengumpulkan data intelijen.

AS kini menghadapi tantangan serius karena keunggulan China sudah lama memandang antariksa sebagai medan perang. Bahkan, sebelum AS membentuk Angkatan Antariksa pada 2019, China sudah mempersiapkan strategi pertahanan dan serangan di ruang angkasa. Konsep “superioritas antariksa sebagai layanan” memengaruhi investasi, pengembangan teknologi, dan pelatihan personel militer AS.

China tidak hanya mengembangkan senjata orbital terarah tetapi juga menciptakan metode perang elektronik di orbit. Kemampuan ini memungkinkan China mengganggu atau melumpuhkan satelit musuh. Jenderal Stephen Whiting, Kepala Komando Antariksa AS (USSPACECOM), memperingatkan ancaman serangan dari antariksa. AS kini mempertimbangkan penggunaan senjata berbasis ruang angkasa untuk menghadapi potensi konflik.

Pada awal April, Whiting menegaskan bahwa AS membutuhkan senjata antariksa untuk mencegah perang. Jika konflik terjadi, senjata ini akan menjadi kunci kemenangan. Dulu, menempatkan senjata di antariksa dianggap mustahil, tetapi kini pencegat berbasis ruang angkasa (space-based interceptors) dinilai penting dalam persaingan global.

Jenderal Chance Saltzman, Kepala Operasi Antariksa AS, menyatakan bahwa penggunaan aset antariksa dalam krisis militer tidak terhindarkan. Pembentukan Angkatan Antariksa AS pada 2019 dipicu oleh kemajuan China dan Rusia dalam mengembangkan kemampuan perang antariksa.

Pada Oktober 2024, media melaporkan bahwa AS berencana meluncurkan senjata pengacau sinyal satelit Rusia dan China pada 2025. Langkah ini memperlihatkan eskalasi persaingan senjata di ruang angkasa. Meski China dan Rusia menentang militerisasi antariksa, kedua negara terus memperkuat kemampuan ofensif dan defensif mereka di orbit.

Persaingan AS dan China di antariksa semakin panas. AS berupaya mempertahankan dominasi, sementara China terus memperluas pengaruhnya dengan teknologi canggih. Jika tren ini berlanjut, konflik di ruang angkasa bisa menjadi kenyataan. AS harus berinvestasi lebih besar dalam teknologi antariksa jika tidak ingin kalah dalam perlombaan senjata orbital.

Dengan China yang semakin agresif, AS tidak punya pilihan selain memperkuat kemampuan antariksa. Jika tidak, dominasi AS di orbit akan terus terkikis, dan China bisa menjadi pemimpin baru di ruang angkasa.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *