Connect with us

Lifestyle

Menguap Terus-Menerus? Waspadai Tanda Bahaya Kesehatan!

Published

on

Jakarta (usmnews) – Menguap terus-menerus bisa jadi lebih dari sekadar tanda bosan atau kantuk biasa. Berdasarkan pendapat dari American Academy of Sleep Medicine (AASM), kebiasaan menguap berlebihan dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Dr. Eric Olson, Presiden AASM dan seorang ahli paru serta spesialis pengobatan tidur di Mayo Clinic, menjelaskan bahwa mengantuk berlebihan adalah masalah kesehatan serius yang dapat berdampak luas.

Olson menjelaskan menguap terus-menerus, menandakan tidur kurang dari tujuh hingga delapan jam, sehingga dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Kurang tidur memicu diabetes, depresi, penyakit jantung, gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, obesitas, dan stroke. Banyak orang justru mengabaikan gejala-gejala ini meskipun gejala tersebut menandakan masalah serius. Dr. Kristen Knutson, spesialis tidur dari Northwestern University, menekankan bahwa seseorang yang cukup tidur tidak akan mudah tertidur dalam situasi pasif meskipun situasinya membosankan.

Kantuk berlebihan di siang hari dapat menurunkan performa seseorang dan menjadi tanda adanya gangguan tidur atau masalah medis lain. Jika masalah ini terus berlanjut, segera konsultasikan dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut. Menurut Dr. Indira Gurubhagavatula, seorang ahli tidur di Veteran’s Administration Medical Center di Penn Medicine, tubuh akan memberikan sinyal melalui menguap ketika seseorang kekurangan tidur. Namun, menurutnya, sinyal-sinyal tersebut sering kali tidak akurat.

Data menunjukkan bahwa orang yang mengalami kekurangan tidur kronis sering kali tidak bisa menilai dengan tepat gangguan yang terjadi dalam tubuh mereka sendiri. Mereka mungkin merasa baik-baik saja padahal sebenarnya tidak. Tes untuk mengukur kinerja otak, seperti kemampuan mengingat dan koordinasi, menunjukkan banyak orang melakukan kesalahan meskipun merasa baik-baik saja.

Fenomena “microsleep” menimbulkan tantangan berbahaya karena membuat seseorang tertidur selama 2 hingga 10 detik tanpa sadar. Kondisi ini membahayakan keselamatan, terutama saat seseorang mengemudi atau menjalankan aktivitas berisiko. Gurubhagavatula menyatakan bahwa kurang tidur kronis mengganggu kemampuan seseorang menilai tingkat kelelahan dirinya.

Para ahli menilai seberapa parah kantuk seseorang dengan menggunakan Epworth Sleepiness Scale. Tes ini menilai peluang seseorang tertidur saat melakukan aktivitas pasif seperti menonton TV atau duduk dalam mobil. Gejala kekurangan tidur meliputi kelopak mata berat, tubuh merosot, pusing, tangan gemetar, dan perilaku impulsif. Kondisi tersebut menunjukkan tubuh sedang mengalami kekurangan tidur yang serius dan berbahaya.

Gangguan tidur lain, seperti sleep apnea, insomnia, sindrom kaki lelah, dan gangguan ritme sirkadian, juga memicu kantuk berlebihan. Penyakit kronis, efek samping obat, dan gaya hidup tertentu juga dapat memicu kondisi ini. “Banyak pasien saya kaget betapa tidur mereka membaik hanya dengan menghentikan satu gelas minuman saat makan malam,” kata Dr. Gurubhagavatula.

Para ahli menekankan pentingnya menjaga kebersihan tidur atau sleep hygiene, yang mencakup menghindari konsumsi kafein berlebihan, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan memiliki rutinitas tidur yang konsisten. Dengan menjaga pola tidur yang baik, kita dapat meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kesehatan serta kewaspadaan sepanjang hari.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *