Lifestyle
Ikan Bandeng, Hidangan Imlek Sarat Makna dan Tradisi

Jakarta (usmnews) – Ikan bandeng menjadi sajian khas yang tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia. Masyarakat Tionghoa mewarisi tradisi ini dengan menjadikan bandeng bukan sekadar makanan, tetapi simbol penuh makna. Popularitas bandeng di kalangan masyarakat Tionghoa bermula dari kemudahannya untuk dibudidayakan di tambak, bahkan di pekarangan rumah. Kebiasaan ini menjadikannya bagian penting dari berbagai perayaan, termasuk Imlek.
Menurut Alwi Shahab dalam bukunya Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia (2013), masyarakat Tionghoa Betawi biasa membeli bandeng di pasar malam sekitar Glodok dan Pancoran. Bandeng tersebut dikonsumsi sendiri atau dibagikan kepada tetangga sebagai simbol kebersamaan dan berbagi rezeki.
Lebih dari itu, ikan menyimpan makna mendalam dalam budaya Tionghoa. Dalam bahasa Mandarin, “ikan” disebut yú, yang berarti surplus atau berlimpah. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa menghidangkan ikan di meja makan Imlek sebagai simbol harapan akan rezeki yang melimpah dan keberuntungan sepanjang tahun. Di Indonesia, bandeng menjadi pilihan utama untuk mewujudkan harapan tersebut, sebagai simbol kesuksesan dan kemakmuran yang akan datang.
Selain sebagai lambang keberuntungan, bandeng juga memiliki motif historis yang menarik. Pada masa kolonial Belanda, masyarakat Tionghoa memanfaatkan bandeng untuk menarik perhatian pejabat kolonial. Masyarakat Tionghoa sering membagikan bandeng berukuran besar sebagai bentuk penghormatan dan strategi untuk memperkuat hubungan sosial serta ekonomi.
Hingga kini, masyarakat Tionghoa terus mempertahankan tradisi memasak dan berbagi bandeng, yang mencerminkan perpaduan antara harapan, tradisi, dan sejarah yang kaya. Bagi mereka, ikan bandeng bukan hanya sekadar hidangan, melainkan simbol doa dan usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah.