Nasional
Syarat dan Sikap Pesantren Lirboyo dalam Menjadi Tuan Rumah Pertemuan Ulama NU
SURABAYA (usmnews) di kutip dari CNNindonesia Pondok Pesantren Lirboyo, sebuah institusi pendidikan Islam terkemuka yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur, telah menyatakan kesediaannya untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan penting yang melibatkan ulama dan kiai Nahdlatul Ulama (NU). Pertemuan ini dijadwalkan untuk membahas dan mencari solusi atas polemik internal yang tengah memanas di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Namun, kesediaan Lirboyo ini tidak datang tanpa syarat. Pesantren Lirboyo mengajukan **dua syarat utama** yang harus dipenuhi agar pertemuan tersebut dapat terlaksana di lingkungan mereka.
### **Syarat Kunci dari Pesantren Lirboyo**
Pesan mengenai persyaratan ini disampaikan oleh Juru Bicara Pesantren Lirboyo, **KH Oing Abdul Muid Shohib** atau yang akrab disapa **Gus Muid**. Informasi ini ia peroleh langsung dari salah satu pengasuh utama Lirboyo, **KH Athoillah Anwar**.
#### 1. Kehadiran Pihak yang Berkonflik
Syarat pertama yang diajukan oleh Lirboyo adalah bahwa pertemuan yang direncanakan tersebut **wajib dihadiri oleh jajaran PBNU yang sedang berkonflik**. Gus Muid menegaskan bahwa Lirboyo hanya akan bersedia menjadi fasilitator atau tuan rumah jika kedua belah pihak yang tengah berseteru di internal PBNU hadir dalam satu forum musyawarah.
> “Lirboyo bersedia menjadi tuan rumah. Kalau pertemuan tersebut dihadiri kedua belah pihak,” kata Gus Muid, sebagaimana ia sampaikan saat dikonfirmasi oleh *CNNIndonesia.com* pada Senin (24/11).
Meskipun Gus Muid menahan diri untuk menyebutkan secara spesifik nama-nama atau kelompok yang ia maksud, ia menyatakan bahwa publik secara luas sudah mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pusaran konflik di internal PBNU saat ini. Beliau hanya mengulang, “Ya yang sekarang \[berkonflik] siapa itu.” Penekanan pada kehadiran kedua belah pihak menunjukkan keinginan Lirboyo agar pertemuan ini benar-benar menjadi ajang islah yang konstruktif dan menghasilkan jalan keluar yang komprehensif, bukan hanya pertemuan sepihak.
#### 2. Keterlibatan Kiai Sepuh dan Syuriyah PBNU
Syarat kedua menekankan pada pentingnya kehadiran tokoh-tokoh sentral dalam struktur keulamaan NU. Pertemuan tersebut harus mengundang dan dihadiri oleh para **kiai-kiai sepuh** yang merupakan anggota dari jajaran **Syuriyah PBNU**, serta para pengasuh pondok pesantren terkemuka.
Gus Muid menjelaskan bahwa fokus pada kiai sepuh dan pengasuh pesantren memiliki alasan filosofis dan struktural yang kuat dalam konteks NU. Beliau mengibaratkan para pengasuh pesantren (*Ashabul Ma’had*) sebagai ‘pemilik’ atau ‘owner’ NU dalam tanda kutip.
> “Ya, tentu mungkin ya yang dimaksud Gus Atho ya Syuriyah atau dan kiai-kiai sepuh pemangku pesantren. Karena bagaimanapun juga kan owner-nya dalam tanda kutip owner-nya NU ini kan ya Ashabul Ma’had para pemangku pesantren itu,” jelasnya.
Keterlibatan kelompok ini dipandang krusial karena mereka adalah pemegang otoritas spiritual dan moral tertinggi dalam organisasi NU. Keputusan dan pandangan mereka diharapkan mampu memberikan arahan yang tegas dan menenangkan di tengah situasi yang penuh gejolak.
### **Keputusan dan Sikap Resmi Pesantren Lirboyo**
Setelah mempertimbangkan situasi yang ada, Pesantren Lirboyo telah mengambil keputusan resmi untuk bersedia menjadi lokasi pertemuan tersebut. Keputusan ini diambil setelah adanya restu dan lampu hijau dari dua pengasuh utama pesantren, yaitu **KH Anwar Manshur** dan **KH Kafabihi Mahrus**.
Gus Muid mengungkapkan bahwa landasan dari kesediaan ini adalah rasa **keprihatinan mendalam** terhadap kondisi internal NU saat ini. Lirboyo berkeinginan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah yang terjadi demi kebaikan organisasi.
Meskipun kesediaan telah dinyatakan, mengenai waktu pelaksanaan pertemuan, Gus Muid mengaku belum memiliki informasi pasti. Jadwal akan sangat bergantung pada kesepakatan dan kesediaan semua pihak yang terkait dengan konflik. “Nah, ya kalau memang sudah ada kata sepakat *nggih* silakan dijadwalkan. Kita siap jadi tuan rumah,” ujarnya, menunjukkan kesiapan logistik Lirboyo begitu kesepakatan waktu tercapai.
### **Konfirmasi dari Ketua Umum PBNU**
Rencana pertemuan ini juga telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum PBNU, **Yahya Cholil Staquf** atau **Gus Yahya**. Dalam pernyataannya di Kantor Pusat PBNU, Jakarta Pusat, Minggu (23/11) malam, Gus Yahya menyebutkan bahwa pertemuan yang lebih luas akan diadakan di Pesantren Lirboyo.
Pertemuan tersebut direncanakan akan menghadirkan para kiai sepuh (yang lebih senior) dan unsur-unsur kepemimpinan dalam lingkungan NU. Pernyataan Gus Yahya ini senada dengan syarat kedua yang diajukan oleh Lirboyo, yaitu perlunya keterlibatan kiai-kiai sepuh.
Rencana musyawarah ini muncul di tengah isu panas mengenai upaya pemakzulan Gus Yahya dari posisi Ketua Umum PBNU. Isu tersebut mencuat ke permukaan setelah adanya dokumen yang beredar, yakni Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU tertanggal 20 November 2025. Dengan kondisi internal yang demikian, peran Lirboyo sebagai tuan rumah netral dan institusi keulamaan yang dihormati menjadi sangat vital dalam upaya rekonsiliasi.