Uncategorized
Siapa Pembisik soal ‘Rekening Tidur’ Berujung Tewasnya Kacab Bank?

Polisi mengungkap si pembisik soal rekening dormant itu berinisial S. Namun, sosoknya masih jadi teka-teki.Dilansir detikNews, ada 16 orang sipil yang ditetapkan sebagai tersangka kasus penculikan dan pembunuhan Ilham. Dua anggota TNI AD turut terlibat dalam kasus itu. Ada 15 tersangka dari sipil yang sudah ditangkap. Seorang lainnya masih diburu.”Dari 15 tersangka tersebut kami membagikan menjadi empat kategori klaster,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).
Empat klaster itu terdiri dari klaster otak pelaku pencurian uang dari rekening dormant, klister tim penculik, klaster tim penganiaya, dan klister tim pengintai.Disebutkan bahwa pelaku menculik kacab bank karena membutuhkan otoritas dalam memproses pencurian uang dari rekening dormant ke rekening penampung.Diketahui, Ilham diculik dari parkiran supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8). Ilham lalu ditemukan tewas di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8).Teka-teki Si PembisikPolisi mengungkapkan bahwa tersangka dari klaster otak pelaku yaitu C alias Ken bersama pelaku Dwi Hartono dan AAM melalukan pertemuan Pada 31 Juli 2025. C memiliki info terkait data rekening dormant yang ada di bank untuk dikuras kerekening penampung.

Parafasekan artikel ini dengan minimal 300 kata lebih panjang lebih baikArtikel tersebut mengisahkan tentang kasus penculikan dan pembunuhan M. Ilham Pradipta, seorang kepala cabang (kacab) bank di Jakarta, yang dilatarbelakangi oleh niat para pelaku untuk menguras “rekening tidur” atau dormant. Berdasarkan laporan dari detikJateng, kasus ini telah mengarah pada penetapan 16 orang sebagai tersangka, dengan 15 di antaranya berhasil diringkus oleh pihak kepolisian. Uniknya, dua anggota TNI AD juga disebut-sebut terlibat dalam jaringan kejahatan ini.Kronologi dan Motif di Balik KejahatanPenculikan terhadap Ilham, yang berusia 37 tahun, terjadi pada Rabu, 20 Agustus 2025, di sebuah area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Tragisnya, keesokan harinya, jasad Ilham ditemukan tak bernyawa di wilayah Serang Baru, Kabupaten Bekasi.Motif utama di balik aksi keji ini adalah rencana para pelaku untuk menguras dana dari rekening yang sudah tidak aktif. Rekening-rekening ini dikenal sebagai “rekening tidur” atau dormant, di mana nasabah sudah lama tidak melakukan transaksi. Para pelaku menyadari bahwa untuk bisa memindahkan dana dari rekening-rekening tersebut ke rekening penampung, mereka membutuhkan otoritas atau persetujuan khusus dari pihak bank. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Ilham, sebagai kepala cabang, menjadi target penculikan.
Otoritasnya dibutuhkan untuk memuluskan proses pencairan dana ilegal ini.Pembagian Peran dan Misteri “Si Pembisik”Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menjelaskan bahwa para tersangka dibagi ke dalam empat klaster atau kelompok peran yang berbeda. Klaster pertama adalah otak pelaku pencurian uang dari rekening dormant. Klaster kedua adalah tim yang bertugas melaksanakan penculikan. Klaster ketiga merupakan tim penganiaya, dan klaster keempat adalah tim pengintai yang memantau pergerakan korban. Pembagian peran yang rapi ini menunjukkan bahwa kejahatan ini sudah direncanakan secara matang dan melibatkan banyak orang dengan spesialisasi tugas masing-masing.

Informasi kunci dalam kasus ini muncul dari sosok “Si Pembisik” yang masih menjadi teka-teki. Polisi menyebutkan inisialnya adalah S. Sosok S inilah yang diduga memberikan data dan informasi tentang rekening-rekening dormant yang menjadi incaran para pelaku. Data ini kemudian diserahkan kepada klaster otak pelaku yang dipimpin oleh C alias Ken. Dalam laporan, C bersama dengan Dwi Hartono dan AAM, telah mengadakan pertemuan pada 31 Juli 2025 untuk membahas detail rencana kejahatan, termasuk bagaimana cara menguras dana dari rekening-rekening yang telah diidentifikasi.Jaringan Luas dan Proses PenyelidikanPenetapan 16 tersangka, termasuk dua anggota TNI AD, menunjukkan luasnya jaringan yang terlibat.
Hingga saat ini, 15 tersangka sipil telah berhasil ditangkap, sementara satu orang lainnya masih dalam pengejaran pihak kepolisian. Keterlibatan oknum militer dalam kasus ini menambah kompleksitas penyelidikan. Polisi terus berupaya mengungkap peran S, “Si Pembisik” yang menjadi kunci awal dari kejahatan ini, serta mengidentifikasi semua pihak yang terlibat, termasuk oknum dari pihak internal bank jika ada.Kasus ini menjadi sorotan publik karena menyoroti kerentanan data nasabah dan juga menunjukkan modus operandi kejahatan yang semakin canggih, di mana para pelaku tidak segan melakukan aksi kejam seperti penculikan dan pembunuhan demi mencapai tujuannya.
Penangkapan para tersangka diharapkan dapat memberikan kejelasan penuh atas kasus ini dan memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya. Pihak berwenang juga ditantang untuk memastikan keamanan data nasabah dan mencegah kasus serupa terulang di masa depan.