International
Penduduk Sudan Selatan Menghadapi Krisis Kelaparan yang Mengkhawatirkan
(usmnews) – Laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis pada Rabu (29/9) menunjukkan bahwa mengalami kesulitan besar dalam mengakses makanan yang cukup untuk kebutuhan harian mereka. Negara yang masih pulih dari konflik berkepanjangan ini kini tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi di dunia, menurut laporan dari World Food Programme (WFP) dan Food and Agriculture Organization (FAO).
Di ibu kota Juba dan beberapa wilayah terdampak, ribuan orang yang terpaksa mengungsi akibat kekerasan etnis dan ketidakamanan berlindung di kamp-kamp pengungsian yang sudah melebihi kapasitas. Situasi di kamp-kamp ini sangat memprihatinkan, dengan banyak anak-anak yang menunjukkan gejala malnutrisi berat. Sebagian besar dari mereka mengenakan gelang pengukur malnutrisi dengan indikator warna merah—menandakan bahwa mereka berada pada tahap malnutrisi akut dan memerlukan penanganan medis segera.
Laporan IPC menunjukkan bahwa sekitar 30.000 orang di negara ini sudah memasuki Fase 5 IPC, yaitu tahap “kelaparan besar-besaran” tingkat tertinggi dalam spektrum kerawanan pangan. Mayoritas dari mereka adalah pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan yang dipicu oleh konflik antar komunitas dan aksi perampasan lahan. Mereka menghadapi risiko kematian yang meningkat jika tidak segera mendapatkan bantuan darurat yang memadai.
PBB dan Mitra Internasional Meningkatkan Upaya Bantuan
Untuk merespons krisis ini, pasukan keamanan internasional dan organisasi kemanusiaan berusaha memperluas akses ke daerah-daerah terpencil di Sudan Selatan yang terdampak parah oleh konflik dan bencana alam. Konvoi bantuan yang dipimpin oleh PBB telah mengirimkan pasokan makanan darurat dan air bersih ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau di sekitar Jonglei dan Unity, yang dilaporkan sebagai wilayah dengan tingkat kelaparan terburuk.
Laporan IPC, yang mencakup periode September hingga Desember 2024, diterbitkan bersama oleh Coordination Nationale de la Securite Alimentaire (CNSA) Sudan Selatan, FAO, dan WFP. Organisasi-organisasi tersebut menyerukan adanya peningkatan dukungan internasional untuk membantu menangani krisis ini dan mencegah situasi semakin memburuk. Kondisi yang semakin tidak stabil akibat kekeringan, banjir musiman, dan konflik bersenjata telah membuat upaya pemulihan pangan menjadi tantangan besar di negara ini.
Menurut pernyataan WFP, upaya pemulihan di Sudan Selatan terhambat oleh meningkatnya kekerasan lokal, ketidakstabilan politik, serta cuaca ekstrem yang terus berulang. Tanpa intervensi yang cepat dan komprehensif, jutaan orang terancam menghadapi kelaparan parah, bahkan berpotensi menuju bencana kemanusiaan yang tidak terkendali.
Krisis Pangan yang Semakin Kompleks
Di wilayah pedesaan yang jauh dari jangkauan bantuan, banyak komunitas yang terisolasi dan kesulitan mendapatkan akses terhadap bahan makanan dasar karena gangguan distribusi dan infrastruktur yang rusak. Harga-harga bahan pangan pokok melonjak drastis, memaksa keluarga-keluarga yang sudah rentan untuk mengambil langkah ekstrem, seperti mengurangi frekuensi makan dan menjual barang-barang berharga untuk bertahan hidup.
PBB bersama mitra-mitranya, termasuk organisasi kemanusiaan lokal, saat ini tengah berusaha mempercepat respons darurat dengan program distribusi pangan, penyediaan layanan kesehatan, dan bantuan perlindungan bagi kelompok-kelompok rentan, seperti anak-anak dan ibu hamil. Namun, para pejabat kemanusiaan memperingatkan bahwa bantuan ini hanya akan berfungsi sementara tanpa adanya stabilitas keamanan dan dukungan jangka panjang dari komunitas internasional.
“Situasi di Sudan Selatan sangat kritis. Banyak nyawa yang sedang dipertaruhkan,” kata salah seorang perwakilan FAO. “Kami sangat membutuhkan tambahan pendanaan untuk mencapai seluruh komunitas yang terdampak, dan tanpa dukungan global yang lebih besar, kita akan melihat lebih banyak korban jiwa.”
Kesimpulan
Dengan sekitar 60% penduduknya yang menghadapi kelaparan akut, Sudan Selatan kini berada dalam kondisi darurat pangan yang sangat serius. Stabilitas politik, keamanan, dan bantuan internasional yang berkelanjutan menjadi elemen kunci untuk menghindari krisis kemanusiaan yang lebih buruk. Di tengah berbagai tantangan, respons cepat dan sinergi dari berbagai pihak sangat penting untuk menyelamatkan jutaan orang yang terdampak dan memulihkan kehidupan di negara yang porak-poranda oleh konflik ini.