Entertainment
“Pelangi di Mars”: Upi Guava Ungkap Produksi Penuh Eksperimen dengan Teknologi XR dan Unreal Engine

Jakarta (usmnews) – Sutradara Upi Guava mengungkapkan bahwa proses produksi film fiksi ilmiah terbarunya berjudul “Pelangi di Mars” merupakan pengalaman yang penuh tantangan sekaligus kaya eksperimen. Film ini ditargetkan dapat tayang di jaringan bioskop nasional pada tahun 2026. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Senin, Upi menceritakan bagaimana tim produksi harus menerapkan teknologi tingkat lanjut untuk menghadirkan visual dunia masa depan yang meyakinkan.
Menurut Upi, pengerjaan film ini menuntut alur kerja yang sangat kompleks karena genre fiksi ilmiah dengan latar tahun 2090 memerlukan dunia yang dibangun sepenuhnya dari imajinasi dan teknologi digital. Salah satu teknologi utama yang digunakan adalah Extended Reality (XR), yang memungkinkan penggabungan elemen dunia nyata dengan elemen virtual secara real-time. Untuk menciptakan tampilan Planet Mars yang akurat dan dinamis, tim menggunakan perangkat lunak Unreal Engine, yang umumnya dipakai dalam industri gim untuk membuat lingkungan tiga dimensi.
Ia menjelaskan bahwa pembuatan latar tidak jauh berbeda dengan mendesain permainan digital. Tim membangun model tiga dimensi Planet Mars layaknya membuat peta dunia dalam game populer seperti Fortnite, Roblox, atau GTA. Seluruh lingkungan—mulai dari permukaan planet, bangunan, hingga ruang-ruang di dalamnya—dirancang secara rinci. Hasil visual ini kemudian diproyeksikan ke layar LED besar sebagai latar belakang pada saat syuting, sehingga para aktor dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan virtual tersebut. Upi menekankan bahwa metode ini membuat proses syuting terasa hampir seperti berada di lokasi nyata.
Selain pemanfaatan XR, film ini juga menggunakan teknologi Motion Capture untuk menghidupkan karakter-karakter robot seperti Batik, Kimchi, Yoman, dan Petya yang berasal dari Rusia. Dengan teknologi ini, gerakan karakter robot dapat direkam secara akurat dan diterjemahkan dalam bentuk animasi secara efisien.
Produser Dendy Reynando mengakui bahwa seluruh kru sangat mengandalkan pengalaman dan pengetahuan Upi karena sebagian besar belum pernah mengerjakan produksi film dengan kompleksitas teknologi setinggi ini. Teknologi digunakan bukan hanya untuk memperindah visual, tetapi juga untuk memperkuat penyampaian cerita “Pelangi di Mars.”
Film ini sendiri mengisahkan Pelangi, seorang anak perempuan yang menjadi manusia pertama yang lahir dan tumbuh besar di Planet Mars. Cerita berlatar masa depan, ketika bumi telah rusak akibat keputusan-keputusan manusia yang keliru sehingga tidak lagi dapat dihuni. Dalam suasana tahun 2090, umat manusia terpaksa membangun koloni permanen di Mars, yang kemudian menjadi panggung konflik dan drama dalam film.
Penulis skenario Alim Sudio merancang cerita dengan latar waktu tersebut untuk menggambarkan dunia distopia yang dihindari manusia. Upi menyampaikan bahwa gambaran masa depan dalam film ini mencerminkan konsekuensi dari tindakan manusia pada masa kini.
PT Produksi Film Negara (PFN), melalui Direktur Utama Riefian Fajarsyah atau Ifan Seventeen, menyatakan dukungan penuh terhadap produksi, pemasaran, dan distribusi film ini. Para pemeran yang terlibat antara lain Messi Gusti sebagai Pelangi, Lutesha sebagai Pratiwi, dan Rio Dewanto sebagai Banyu.







