Connect with us

International

Eskalasi Konflik: Netanyahu Bersumpah Terus Gempur Hizbullah dan Hamas di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh

Published

on

Jakarta (usmnews) – Dikutip dari detiknews, ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan keras pada pembukaan rapat kabinet awal pekan ini.

Pada Senin, 24 November 2025, Netanyahu menegaskan komitmennya yang tak tergoyahkan untuk terus melancarkan serangan militer terhadap dua kelompok militan utama yang menjadi musuh Israel, yakni Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza.

Pernyataan ini muncul di tengah serangkaian operasi militer intensif yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama sepekan terakhir.

​Di front utara, Netanyahu mengonfirmasi bahwa Israel telah meningkatkan intensitas serangan terhadap basis-basis militer Hizbullah. Ia bersumpah akan melakukan segala upaya yang diperlukan untuk mencegah kelompok tersebut membangun kembali kekuatan yang dapat mengancam keamanan Israel.

Salah satu serangan paling signifikan terjadi di Beirut, Lebanon, di mana militer Israel mengklaim berhasil menewaskan Haitham Ali Tabatabai, yang disebut sebagai Kepala Staf Umum Hizbullah. Namun, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan udara tersebut juga berdampak pada warga sipil, dengan setidaknya lima orang tewas dan 28 lainnya mengalami luka-luka.

​Sementara itu, situasi di Jalur Gaza juga tak kalah genting. Kesepakatan gencatan senjata yang telah berlaku sejak 10 Oktober kini berada di ujung tanduk, dengan kedua belah pihak saling tuduh melakukan pelanggaran. Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel pada Sabtu, 22 November, telah menewaskan 21 orang dan melukai puluhan lainnya.

Di sisi lain, Israel menuduh Hamas terus melanggar kesepakatan dengan melakukan upaya penyusupan melewati garis perbatasan (“garis kuning”) untuk menyerang tentara Israel. Sebagai respons, Israel melancarkan operasi gabungan bersama Shin Bet yang diklaim berhasil menewaskan Alaa Haddadeh, tokoh kunci yang bertanggung jawab atas logistik dan pasokan senjata Hamas.

​Dalam pidatonya, Netanyahu juga secara khusus menepis anggapan bahwa Israel memerlukan persetujuan internasional atau pihak eksternal sebelum mengambil tindakan militer. Ia menyebut anggapan tersebut sebagai “kebohongan mutlak” dan menegaskan bahwa Israel memegang kedaulatan penuh atas keputusan keamanannya sendiri.

Menurutnya, segala tindakan yang diambil didasarkan pada pertimbangan independen demi melindungi negara, tanpa bergantung pada faktor atau tekanan asing. Sikap keras ini menandakan bahwa operasi militer Israel di kedua wilayah tersebut kemungkinan besar akan terus berlanjut dalam waktu dekat.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *