International
AS, Qatar, Turki Bahas Gaza di Mesir
Jakarta (usmnews) – Perdana Menteri Qatar dan delegasi Turki bergabung dengan perwakilan Hamas serta Israel di Mesir pada Rabu (8/10) untuk melanjutkan hari ketiga pembahasan rencana perdamaian Gaza. Hamas dan Israel membahas “rencana 20 poin” Trump di Sharm El-Sheikh.
Pertemuan dihadiri PM Qatar, Kepala Intelijen Turki, utusan AS, dan Jared Kushner. Trump menilai peluang damai terbuka dan menegaskan AS akan memastikan semua pihak mematuhi gencatan senjata.
Pembicaraan ini bertepatan dengan peringatan dua tahun serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Tekanan internasional untuk akhiri perang semakin meningkat
Sebagian besar wilayah Gaza kini hancur, kelaparan terjadi, dan keluarga sandera Israel masih menunggu kepulangan orang yang mereka cintai.
Bulan lalu, penyelidikan PBB menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, sementara kelompok hak asasi manusia menuding Hamas melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan dalam serangan 7 Oktober. Kedua pihak membantah tuduhan tersebut.
Ratusan ribu orang demo pro-Palestina menuntut akhir perang. Di Belanda, pengunjuk rasa meminta pemerintah mengakui negara Palestina, sedangkan di Inggris, puluhan ribu orang tetap beraksi meski Perdana Menteri Keir Starmer meminta mereka membatalkannya.
Pembahasan perdamaian butuh “jaminan”
Ketua tim negosiasi Hamas, Khalil El-Hayya, mengatakan kelompoknya menginginkan jaminan dari Presiden Donald Trump dan negara pendukung bahwa perang di Gaza akan berakhir sepenuhnya.
Rencana Trump mencakup gencatan senjata, pembebasan sandera, pelucutan senjata Hamas, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza. Israel dan Hamas menyetujui rencana ini sebagai dasar negosiasi di Mesir.
Sumber Palestina menyebut pembahasan pada Selasa (7/10) berfokus pada peta penarikan pasukan Israel serta jadwal pertukaran tahanan dan sandera. Utusan AS Steve Witkoff ikut perundingan Rabu (8/10).
Abdelatty menilai keberhasilan perundingan bergantung pada peran Trump. Qatar mengonfirmasi kehadiran PM Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, sementara Turki mengutus Kepala Intelijen Ibrahim Kalin.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan kampanye militer Israel telah menewaskan sedikitnya 67.160 orang, lebih dari setengahnya perempuan dan anak-anak. PBB menyatakan angka tersebut kredibel.