Connect with us

Education

Yolmita Deni: Pengajar Berdedikasi yang Mengabdi di Sumba Usai Raih Dua Beasiswa Bergengsi

Published

on

Yolmita Deni

(usmnews) – Yolmita Deni, yang akrab disapa Mita, adalah sosok pengajar berdedikasi yang tak hanya mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan, tetapi juga berhasil meraih dua beasiswa prestisius, yaitu beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan beasiswa Fulbright. Lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, dengan darah Minang mengalir dalam dirinya, Mita kini aktif mengajar di Sumba Hospitality Foundation (SHF) sebagai guru Bahasa Inggris.

Mita menempuh pendidikan S1 di jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana di bidang Master of Education di University of Adelaide, Australia, melalui beasiswa LPDP. Setelah lulus dari University of Adelaide pada tahun 2020, Mita sempat menjajal berbagai profesi di bidang pendidikan, termasuk menjadi pengajar matematika daring saat pandemi Covid-19 dan bekerja di sebuah perusahaan konsultasi pendidikan di Yogyakarta.

Namun, meski kariernya di dunia pendidikan terlihat menjanjikan, Mita merasa ada hal yang belum terpenuhi dalam dirinya. Keinginan untuk memberikan kontribusi nyata kepada Indonesia, seperti yang pernah ia tuliskan dalam rencana kontribusi saat mendaftar beasiswa LPDP, terus menghantui pikirannya.

“Saya mulai bertanya pada diri sendiri apakah benar ini yang ingin saya jalani. Apakah ini kontribusi terbaik yang bisa saya berikan sesuai dengan apa yang saya janjikan di awal,” ungkap Mita, seperti yang dilansir dari laman LPDP.

Kesempatan untuk mengajar di SHF di Sumba datang pada Desember 2021 melalui informasi dari seorang rekan. Dorongan untuk mewujudkan impiannya dan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat membuat Mita tanpa ragu menerima tawaran tersebut. Dia merasa ini adalah kesempatan untuk mewujudkan rencana kontribusinya yang telah lama ia tulis.

“Ketika saya mendaftar beasiswa LPDP, salah satu kontribusi terbesar yang saya tulis adalah ingin berkarya di salah satu yayasan non-profit. Alhamdulillah, ternyata apa yang saya rencanakan, apa yang saya tulis itu kemudian tercapai,” ujar Mita dengan bangga.

Perjalanan hidup Mita juga tidak lepas dari tantangan. Sebagai anak pertama dari seorang single parent, Mita harus tumbuh dewasa lebih cepat dari teman-teman sebayanya. Ibu dan adiknya harus merantau ke Kalimantan untuk mencari nafkah, meninggalkan Mita bersama neneknya dalam waktu yang cukup lama. Hanya saat duduk di bangku SMA, Mita bisa tinggal kembali bersama ibu dan adiknya.

“Dari situ ibu melihat saya bisa tumbuh dan berkembang ketika saya keluar dari zona nyaman saya. Jadi saya bisa katakan, didikan dari orangtua adalah menjadi seorang yang mandiri dan dewasa. Sehingga apapun keputusan yang dibuat tentu akan bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Mita.

Kini, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang kuat, Mita terus mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak di sudut Sumba Barat Daya, jauh dari gemerlap dunia perusahaan besar. Dedikasinya membuktikan bahwa pilihan untuk mengabdi di daerah terpencil bisa memberikan dampak yang besar bagi masyarakat dan menjadi kontribusi nyata bagi Indonesia.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *