Lifestyle

Waspada Cuaca Ekstrem, Ini Saran Dokter Jaga Daya Tahan Tubuh Agar Tak Mudah Sakit

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip ANTARA dari kondisi cuaca yang tidak menentu dan cenderung ekstrem, seperti curah hujan dengan intensitas sangat tinggi, bencana banjir, periode kekeringan yang berkepanjangan, serta serangan gelombang panas (sengatan panas), diketahui dapat membawa dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia. Situasi iklim yang fluktuatif ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan berbagai risiko kesehatan di tengah masyarakat.
Secara khusus, kondisi cuaca ekstrem berpotensi meningkatkan laju penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor, seperti nyamuk. Contohnya adalah peningkatan kasus demam berdarah, chikungunya, dan juga leptospirosis (penyakit yang ditularkan melalui urin hewan).

Tidak hanya itu, penyakit-penyakit yang dipicu oleh kontaminasi atau pencemaran sumber air bersih, seperti diare, disentri, dan tifus (demam tifoid), juga memiliki peluang besar untuk merebak selama periode cuaca ekstrem tersebut. Menghadapi tantangan ini, dr. Faisal Parlindungan, M.Ked(PD), Sp.PD,K-R, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang praktik di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), menekankan pentingnya langkah antisipasi. Seperti yang beliau sampaikan kepada ANTARA pada hari Senin, sangat krusial bagi masyarakat untuk mempersiapkan asupan makanan harian dan suplemen yang memadai.

Tujuannya adalah untuk membantu menjaga serta meningkatkan daya tahan tubuh (sistem imunitas), agar tubuh tidak mudah jatuh sakit. Dokter Faisal, yang juga aktif sebagai anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), menyampaikan bahwa fondasi utama untuk menjaga imunitas adalah dengan mengonsumsi makanan sehat yang memiliki kandungan gizi seimbang. Beliau menganjurkan penerapan pola makan yang memperbanyak konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan segar. Selain itu, asupan gizi seimbang juga harus mencakup sumber protein berkualitas seperti daging tanpa lemak, serta dilengkapi dengan konsumsi rutin kacang-kacangan dan biji-bijian.


Secara lebih spesifik, dr. Faisal menyoroti peran penting vitamin C. Beliau menyatakan bahwa konsumsi makanan yang kaya akan vitamin C terbukti dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh secara efektif. Vitamin ini dapat dengan mudah ditemukan pada beragam buah-buahan, seperti jambu biji, jeruk, stroberi, tomat, mangga, dan nanas. Selain buah, vitamin C juga terkandung dalam berbagai sayuran, misalnya brokoli, kembang kol, dan bayam.
Asupan nutrisi penting lainnya adalah vitamin D. Vitamin ini memiliki peran vital dalam menjaga fungsi optimal sistem kekebalan tubuh, membantu mencegah terjadinya peradangan (inflamasi) di dalam tubuh, serta penting untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tulang dan gigi. Makanan yang menjadi sumber vitamin D antara lain adalah ikan salmon, ikan tuna, susu sapi, susu kedelai, jamur, dan buah jeruk.


Selain berfokus pada konsumsi makanan sehat dengan nutrisi seimbang, dokter Faisal juga mengingatkan bahwa tubuh harus selalu terhidrasi dengan baik. Memastikan kecukupan kebutuhan cairan tubuh, terutama selama menghadapi kondisi cuaca ekstrem, adalah hal yang sangat penting. Beliau menjelaskan bahwa kebutuhan cairan rata-rata untuk orang dewasa adalah sekitar 30 sampai 35 mililiter untuk setiap kilogram berat badan. Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60 kilogram akan memiliki kebutuhan cairan harian berkisar antara 1,8 liter hingga 2,1 liter.


Terakhir, dr. Faisal turut menyampaikan pentingnya mengupayakan agar tubuh mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan berkualitas, yakni antara tujuh sampai delapan jam setiap hari. “Istirahat cukup minimal 7-8 jam per hari sangat esensial agar tubuh bisa melakukan pemulihan (recovery) dan memperkuat sistem imun,” jelasnya.
Imbauan kesehatan ini menjadi semakin relevan mengingat informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG telah menyampaikan bahwa wilayah Indonesia berpeluang besar untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrem, yang diperkirakan akan berlangsung mulai dari akhir Oktober 2025 hingga awal November 2025. Masa ini merupakan periode peralihan musim (pancaroba) dari musim kemarau menuju musim penghujan, di mana hujan lebat dan angin kencang berpotensi sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version