International
Warga sipil mengungsi dari serangan di Kota Gaza dengan segala cara
Gaza (usmnews)- Serangan darat dan pemboman Israel di Gaza City memaksa ribuan warga sipil mengungsi dengan berbagai cara, mulai dari mobil, truk, tuk-tuk, kereta keledai, hingga berjalan kaki. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan serangan tersebut menewaskan banyak warga sipil yang sudah lemah dan kelelahan.
Intensitas serangan yang terus meningkat mendorong gelombang pengungsi baru ke Gaza selatan, sehingga layanan kemanusiaan yang sudah kewalahan semakin tertekan. Mitra kemanusiaan di lapangan melaporkan orang-orang tiba hingga larut malam, banyak yang berjalan berjam-jam tanpa makanan, air, atau tempat berlindung. Jalan Al Rashid di pesisir tetap macet oleh kendaraan, gerobak keledai, tuk-tuk, dan pejalan kaki yang bergerak ke selatan.
Israel memerintahkan warga menggunakan Jalan Salah Ad Din, tetapi mitra kemanusiaan melaporkan jalan itu tidak dapat dilalui kendaraan. Israel menutup akses tersebut setelah menetapkan tenggat 48 jam, sehingga Al Rashid menjadi satu-satunya jalur evakuasi. Sementara itu, tim antarlembaga yang dipimpin OCHA menilai kondisi keluarga pengungsi di Khan Younis dan menemukan kebutuhan mendesak berupa tempat tinggal, makanan, air, dan perawatan medis.
Pasokan bantuan yang masuk ke Gaza tetap jauh di bawah kebutuhan minimum, sementara pekerja kemanusiaan memerlukan jaminan keamanan untuk menyalurkan bantuan secara konsisten.
UNICEF melaporkan bahwa kelompok bersenjata merampas empat truk berisi makanan terapeutik untuk 2.700 anak penderita malanutrisi akut di Gaza City pada Kamis (18/9).
UNICEF menekankan perlunya gencatan senjata permanen agar bantuan bisa menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Hambatan akses juga masih terjadi. Otoritas Israel tetap menutup Perlintasan Zikim, satu-satunya akses langsung ke Gaza utara.
Misi pengiriman bahan bakar ke Gaza City batal setelah berjam-jam menunggu izin. Kemacetan di Jalan Al Rashid membuat konvoi bantuan tak bisa mencapai Gaza City dengan aman. OCHA menegaskan pengungsi sipil harus dapat mengungsi dan kembali dengan selamat ketika kondisi memungkinkan.