International
Seruan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum untuk Hukum Kekerasan Seksual yang Lebih Tegas Pasca-Pelecehan Seksual

Semarang (usmnews) – Dikutip CNN Indonesia Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menyerukan pengetatan undang-undang kekerasan seksual secara nasional setelah dirinya menjadi korban pelecehan seksual di depan umum. Insiden tersebut terjadi pada hari Selasa (4/11) saat ia sedang menyapa warga di dekat Istana Nasional, dalam perjalanan jalan kaki menuju Kementerian Pendidikan untuk menghindari kemacetan. Video kejadian yang beredar luas di media sosial memperlihatkan seorang pria, yang disebut Sheinbaum dalam kondisi mabuk, datang dari arah belakang, merangkulnya, dan bahkan menyentuh payudaranya sebelum stafnya campur tangan. Pria tersebut dilaporkan telah ditangkap pada malam harinya dan sempat dilaporkan juga melakukan pelecehan terhadap perempuan lain di lokasi yang sama.
Menyikapi insiden yang menimpanya, Sheinbaum mengadakan konferensi pers pada hari Rabu (5/11) dan menekankan bahwa ruang pribadi perempuan tidak boleh dilanggar dan masyarakat Meksiko perlu mendengar penolakan yang “tegas dan jelas” terhadap pelanggaran semacam itu. Lebih lanjut, ia mengumumkan bahwa dirinya telah melayangkan gugatan resmi terhadap pelaku pelecehan seksual tersebut ke Kejaksaan Agung Meksiko. Keputusan untuk mengajukan tuntutan ini didasarkan pada pengalamannya sebagai seorang perempuan, namun juga sebagai representasi dari pengalaman banyak perempuan lain di Meksiko.
Sheinbaum yang merupakan presiden perempuan pertama di Meksiko ini menyatakan bahwa jika ia, sebagai seorang presiden, tidak mengajukan gugatan, maka keselamatan dan martabat perempuan lain di Meksiko, terutama mereka yang rentan seperti pengguna transportasi umum, bisa terancam. Ia mempertanyakan, “Apa yang akan terjadi kepada semua perempuan muda di negara kita?” jika seorang presiden saja bisa menjadi korban pelecehan seksual. Pernyataan ini sekaligus menyoroti masalah kekerasan seksual yang sudah meluas di Meksiko.
Hal ini didukung oleh data dari PBB yang menunjukkan bahwa sekitar 70% perempuan Meksiko usia 15 tahun ke atas pernah mengalami setidaknya satu kali kekerasan seksual sepanjang hidup mereka. Situasi keamanan perempuan di negara tersebut semakin mengkhawatirkan dengan fakta bahwa rata-rata 10 perempuan dibunuh setiap harinya. Sheinbaum juga mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami pelecehan serupa saat masih berusia 12 tahun ketika menggunakan transportasi umum menuju sekolah, menunjukkan bahwa masalah ini telah berlangsung lama dan menjadi bagian dari realitas sehari-hari perempuan Meksiko.

Sheinbaum mendesak seluruh pemerintah negara bagian Meksiko untuk meninjau dan memeriksa ulang undang-undang serta prosedur terkait kekerasan seksual. Ini penting agar proses pelaporan serangan seksual menjadi lebih mudah bagi perempuan. Ia secara tegas menuntut agar pelecehan seksual diklasifikasikan sebagai tindak pidana di seluruh negara bagian Meksiko. Saat ini, hukum di Meksiko bervariasi; misalnya, di Kota Meksiko, pelecehan seksual didefinisikan sebagai perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh penerima, dengan ancaman hukuman penjara satu hingga tiga tahun, namun tidak semua negara bagian menganggapnya sebagai kejahatan. Presiden Sheinbaum berjanji akan meluncurkan kampanye untuk mendorong perubahan legislasi ini.
Insiden yang dialami oleh Presiden Sheinbaum ini telah menempatkan isu kekerasan berbasis gender ke dalam agenda nasional dan memicu kembali perdebatan tentang perlunya perlindungan hukum yang lebih kuat bagi perempuan Meksiko, menegaskan bahwa pelecehan adalah kejahatan yang harus dihukum.






