International
Senjata Rusia: 3 Ditakuti Ukraina, Satu Picu Tsunami

Moskow (usmnews) – Senjata Rusia memicu kekhawatiran besar di kalangan militer Ukraina karena tiga senjata andalan memiliki daya hancur luar biasa. Rusia memulai invasi ke Ukraina sejak 2022, sehingga ketegangan meningkat. Para pemimpin Ukraina memperingatkan bahwa senjata-senjata ini dapat mengubah dinamika perang. Sementara itu, Presiden AS dan Rusia membuka dialog, meskipun Kyiv menolak kesepakatan tanpa keikutsertaan.
Su-57 Felon tampil sebagai pesawat tempur siluman generasi ke-5 yang mengusung teknologi stealth. Produsen merancang pesawat ini dengan sistem avionik canggih dan radar AESA untuk mendukung serangan presisi. Su-57 Felon membawa rudal udara-ke-udara dan bom presisi, sehingga mengancam superioritas udara musuh. Teknologi mutakhir pada pesawat ini memaksa Ukraina meningkatkan pertahanan secara drastis. Dengan demikian, senjata Rusia ini mendorong negara untuk berinovasi dalam pertahanan.
Poseidon (Status-6) merupakan torpedo nuklir bawah air yang para insinyur rancang untuk menghancurkan pangkalan angkatan laut dan kota-kota pesisir dengan hulu ledak nuklir hingga 2 megaton. Senjata Rusia ini memiliki jangkauan operasional luar biasa dan dapat memicu tsunami buatan serta radiasi masif. Kecepatan geraknya di bawah laut menyulitkan musuh mendeteksinya, sehingga menimbulkan ancaman serius bagi keamanan global.
RS-28 Sarmat, atau Satan 2, meluncur sebagai rudal balistik antarbenua dengan jangkauan hingga 18.000 km. Rudal ini membawa 10-15 hulu ledak independen yang menargetkan lokasi berbeda, sehingga mampu menghancurkan target dalam skala besar. Kapabilitas Sarmat yang sulit dilacak dan kecepatan serangannya membuatnya menjadi ancaman strategis. Senjata Rusia ini menuntut perhatian serius dari komunitas internasional.
Secara keseluruhan, senjata Rusia tersebut mempengaruhi dinamika konflik dan mendorong respons global. Para pemimpin dunia aktif mengadakan dialog dan kerja sama untuk mengatasi risiko yang muncul. Dengan demikian, upaya bersama dalam negosiasi dan peningkatan pertahanan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan mengurangi dampak destruktif di masa depan. Negara-negara harus bekerja sama mengantisipasi ancaman agar inovasi pertahanan dapat terus berkembang dan menanggulangi konsekuensi perang secara efektif. Upaya global harus segera digalakkan.