Connect with us

International

Ribuan Pemuda Haiti Berjuang untuk Bergabung dengan Militer di Tengah Maraknya Kekerasan Geng

Published

on

Ribuan Pemuda Haiti Berjuang untuk Bergabung dengan Militer di Tengah Maraknya Kekerasan Geng

Baca juga berita yang lain : International

Port-au-Prince, Haiti (usmnews) – Di bawah terik matahari pagi, Maurenceley Clerge, seorang pemuda berusia 21 tahun, mendengar pengumuman melalui radio kecil di kios tempat ia memperbaiki dan menjual telepon pintar. Pengumuman tersebut mengabarkan bahwa militer Haiti sedang mencari anggota baru. Bagi Clerge, ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya yang sulit. Ia segera mempersiapkan dokumen yang diperlukan dan bergabung dengan ratusan warga Haiti lainnya yang mengantri untuk mengikuti seleksi masuk militer.

“Saya ingin mengabdi sebagai warga negara ini dan juga untuk maju dan meningkatkan kualitas hidup saya,” ujar Clerge yang saat ini tinggal bersama seorang teman.

Ribuan pemuda Haiti seperti Clerge berlomba-lomba untuk menjadi tentara di tengah krisis yang dihadapi negara ini, di mana kekerasan geng meningkat dan lapangan pekerjaan sangat terbatas. Meski menyadari risiko yang dihadapi, termasuk kemungkinan diculik, disiksa, atau dibunuh, mereka tetap ingin bergabung dengan militer yang baru saja dibentuk kembali setelah bertahun-tahun dibubarkan.

“Saya banyak memikirkannya karena saya tahu bahwa menjadi seorang tentara membutuhkan banyak pengorbanan,” kata Samuel Delmas, seorang pemuda berusia 20 tahun yang juga mendaftar. Delmas, yang terpaksa meninggalkan rumahnya karena ancaman geng, berharap dapat melindungi warga Haiti yang mengalami nasib serupa.

Hingga pertengahan Agustus, setidaknya 3.000 orang telah dipilih untuk menjalani serangkaian tes fisik dan mental. Jumlah tersebut lebih dari dua kali lipat kekuatan pasukan yang ada pada awal tahun lalu, yang hanya berjumlah 2.000 orang. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai jumlah akhir tentara yang akan direkrut.

Militer Haiti, yang pernah ditakuti dan dibenci karena keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia dan kudeta di masa lalu, dibubarkan pada tahun 1995 setelah kudeta terakhir untuk menggulingkan Presiden Jean-Bertrand Aristide. Namun, dengan meningkatnya kekerasan geng setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021, pemerintah Haiti kembali memobilisasi militer pada Maret 2023.

Kekerasan geng telah menyebabkan lebih dari 3.200 pembunuhan hanya dalam lima bulan pertama tahun ini, menurut laporan PBB. Geng-geng tersebut juga berhasil menguasai lebih dari dua lusin kantor polisi, menutup bandara internasional utama, dan menyerbu dua penjara terbesar di negara itu, membebaskan ribuan narapidana.

Di tengah situasi yang semakin genting, Perdana Menteri Garry Conille yang baru diangkat telah berjanji untuk memodernisasi militer Haiti dan meningkatkan kesejahteraan prajurit serta keluarga mereka. Militer diharapkan bekerja sama dengan polisi Haiti dan misi yang didukung PBB yang dipimpin oleh Kenya, yang telah mengirim sekitar 400 petugas polisi untuk membantu meredakan kekerasan geng di negara ini.

“Saya ingin melihat Haiti seperti yang saya dengar dulu: tempat di mana semua orang dapat bergerak bebas, tempat tidak ada geng, tempat semua orang dapat bekerja,” harap Celadon, seorang mekanik yang juga mendaftar untuk bergabung dengan militer.

Upaya untuk membangun kembali militer Haiti ini merupakan langkah besar di tengah krisis yang melanda negara tersebut. Bagi para pemuda Haiti, menjadi bagian dari militer adalah kesempatan untuk mengubah nasib mereka dan mengembalikan keamanan di tanah air mereka.

Update terus berita terkini! Kunjungi halaman usmtv.id
Artikel mengenai Ribuan Pemuda Haiti Berjuang untuk Bergabung dengan Militer di Tengah Maraknya Kekerasan Geng dapat Anda temukan pada International dan di tulis oleh Marcel