Education
Revolusi Evaluasi Pendidikan 2026: Integrasi TKA dan Asesmen Nasional demi Meringankan Beban Siswa
Semarang (usmnews) – Dikutip dari SindoNews, Dunia pendidikan Indonesia bersiap menyambut transformasi besar dalam sistem evaluasi pembelajaran. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, baru-baru ini mengumumkan rencana strategis untuk menggabungkan Tes Kompetensi Akademik (TKA) dengan Asesmen Nasional (AN) mulai tahun ajaran 2026. Langkah ini diambil sebagai respons atas keresahan mengenai banyaknya beban ujian yang harus dihadapi oleh para siswa di lingkungan sekolah.
Menyederhanakan Struktur Evaluasi
Inti dari kebijakan ini adalah efisiensi. Selama ini, Asesmen Nasional berfungsi sebagai pemetaan mutu pendidikan yang fokus pada literasi, numerasi, dan survei karakter, sementara TKA lebih menitikberatkan pada penguasaan materi akademik secara spesifik.
Dengan menyatukan keduanya, pemerintah ingin menciptakan satu instrumen evaluasi yang komprehensif namun tidak melelahkan bagi peserta didik.
Menteri Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa penggabungan ini bertujuan untuk meminimalisir “kelelahan ujian” yang sering dialami siswa. Dengan satu pintu evaluasi yang terintegrasi, sekolah tidak perlu lagi meluangkan waktu terlalu banyak untuk berbagai jenis tes formal yang tumpang tindih, sehingga waktu belajar-mengajar dapat dioptimalkan untuk pendalaman materi.
Filosofi “Deep Learning” dan Kualitas Pembelajaran
Kebijakan penggabungan ujian ini merupakan bagian integral dari visi besar kementerian dalam menerapkan metode Deep Learning. Konsep ini menekankan pada kualitas pemahaman siswa daripada sekadar kuantitas materi yang dihafal. Dengan beban ujian yang berkurang, para guru diharapkan memiliki ruang lebih luas untuk mengeksplorasi metode pembelajaran yang kreatif dan bermakna.
Integrasi TKA dan AN di tahun 2026 diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai capaian seorang siswa. Tidak hanya mengukur kecerdasan intelektual melalui nilai akademik, tetapi juga melihat bagaimana kesiapan mental dan karakter mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Dampak bagi Sekolah dan Tenaga Pendidik
Bagi pihak sekolah, perubahan ini berarti penyederhanaan administrasi pendidikan. Fokus evaluasi akan bergeser dari sekadar mengejar skor tinggi menuju perbaikan ekosistem belajar secara keseluruhan. Mendikdasmen menegaskan bahwa sistem yang baru ini dirancang agar lebih ramah terhadap psikologi anak, namun tetap memiliki standar validitas yang tinggi untuk mengukur mutu pendidikan secara nasional.
Pemerintah berkomitmen untuk terus mensosialisasikan teknis penggabungan ini sepanjang tahun 2025, agar saat implementasi di tahun 2026, seluruh elemen pendidikan—mulai dari guru, siswa, hingga orang tua—telah siap secara mental dan teknis.