Business
Proyek Swasembada Tebu di Merauke: Langkah Strategis Pemerintah Jokowi

JAKARTA (usmnews) – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memulai proyek pembangunan swasembada tebu di Merauke, Papua Selatan, dengan luas lahan mencapai 2,29 juta hektare. Proyek ambisius ini telah dicetuskan Jokowi sejak lama dan diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023.
Regulasi tersebut mencakup pencanangan tambahan lahan tebu seluas 700 ribu hektare di Merauke. Untuk mengawasi pembangunan kebun tebu dan pabrik bioetanol seluas 1,11 juta hektare, Jokowi menunjuk Menteri Investasi saat itu, Bahlil Lahadalia, sebagai ketua satuan tugas. Penunjukan ini tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2024 tentang Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke.
Kabar mengenai megaproyek food estate sawah dan tebu di Merauke mulai berhembus sejak Juni 2024. Saat itu, produsen alat berat asal Tiongkok, Sany Heavy Industry Co Ltd, mengumumkan pembelian 2.000 unit excavator oleh PT Jhonlin Group—perusahaan tambang yang dimiliki Andi Syamsuddin Arsyad, atau lebih dikenal sebagai Haji Isam. Alat berat tersebut dikabarkan akan digunakan untuk membuka lahan pertanian seluas 1,18 juta hektare.
Proyek swasembada tebu di Merauke berdampak signifikan terhadap lingkungan, dengan ratusan ribu hektare hutan di Papua Selatan dibabat habis untuk membuka lahan pertanian baru. Berdasarkan laporan Koran Tempo berjudul “Kongsi Sepuluh Raja Gula di Food Estate,” program food estate ini membentang di antara 19 dari 22 distrik di Merauke.
Dalam proyek tebu tersebut, peneliti dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (Center for Regional Analysis, Planning, and Development) Institut Pertanian Bogor (IPB University), Selamet Kusdaryanto, menyatakan bahwa lembaganya ditunjuk oleh Kementerian Investasi bersama PT Global Papua Abadi untuk menyusun kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). “Kajian kami khusus untuk perkebunan tebu yang berada di kluster 3 dengan luas sekitar 600 ribu hektare,” kata Selamet kepada Tempo pada 16 September 2024.
PT Global Papua Abadi kemudian menunjuk subkontraktor PT Myesha Shafiyah Gemilang (MSG) untuk melakukan pembukaan lahan di Kampung Sermayam Indah, Distrik Tanah Miring. “Kami adalah subkontraktor PT Global Papua Abadi yang bertugas untuk land clearing hutan di sini,” ungkap supervisor PT MSG, Julianto, saat ditemui Tempo pada 4 September 2024.
Ketika Tempo mengunjungi konsesi PT Global Papua Abadi pada 4 September lalu, tampak hamparan hutan sepanjang 12,51 kilometer—jalan akses yang dibuat perusahaan—telah diratakan. Di sisi kiri dan kanan jalan, terbentuk ladang baru yang menyisakan tumpukan kayu bulat dan ranting. Proses penebangan dilakukan menggunakan alat berat, di mana batang-batang pohon yang terserak dikumpulkan membentuk barisan.
Di sisi lain, dokumen KLHS mengenai perkebunan tebu yang diperoleh Tempo mengulas rencana PT Global Papua Abadi bersama dua perusahaan lain dalam konsorsium grup 1. Mereka berencana menyiapkan lahan seluas 34 ribu hektare untuk perkebunan tebu serta membangun pabrik tebu berkapasitas giling 80 ribu ton per hari.
Pabrik ini diharapkan mampu memproduksi gula, gas alam yang dikompresi (CNG) dari kelebihan biogas, biogas, hingga penyulingan etanol. Dokumen tersebut juga mencatat bahwa PT Global Papua Abadi memiliki izin usaha seluas 34.626 hektare sejak 2014, yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap proyek swasembada tebu ini.
Dikutip dari laman tempo.co