Connect with us

Education

Pilar Pendidikan di Masa Darurat: Strategi Melindungi Hak Belajar Anak Saat Bencana Melanda

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip dari Kompas.com, Indonesia, sebagai negara yang terletak di wilayah cincin api (Ring of Fire), memiliki risiko bencana alam yang sangat tinggi, mulai dari gempa bumi, banjir, hingga erupsi gunung berapi. Ketika bencana terjadi, sektor pendidikan sering kali menjadi salah satu yang paling terdampak.

Gedung sekolah yang rusak, pengungsian yang tidak memadai, serta trauma psikologis yang dialami siswa dan guru dapat menghentikan proses belajar mengajar secara total. Namun, artikel ini menekankan bahwa hak belajar anak tidak boleh terhenti, apa pun kondisinya.

​Mengimplementasikan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

​Salah satu kunci utama dalam menjaga keberlangsungan pendidikan adalah penerapan konsep Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Program ini bukan sekadar pembangunan fisik gedung yang tahan gempa, tetapi mencakup tiga pilar utama yang saling berkaitan:

  • Fasilitas Sekolah Aman: Memastikan infrastruktur sekolah mampu meminimalkan risiko cedera saat terjadi bencana.
  • Manajemen Bencana di Sekolah: Adanya prosedur operasional standar (SOP) evakuasi dan kesiapsiagaan yang dipahami oleh seluruh warga sekolah.
  • Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana: Mengintegrasikan materi mitigasi ke dalam kurikulum agar siswa memiliki kemandirian saat menghadapi situasi darurat.

​Adaptasi Kurikulum dan Metode Belajar Darurat

​Saat bangunan sekolah tidak lagi bisa digunakan, fleksibilitas menjadi sangat penting. Pemerintah dan lembaga terkait biasanya menerapkan Kurikulum Darurat, yang menyederhanakan materi pembelajaran agar lebih relevan dengan situasi siswa di pengungsian. Pembelajaran tidak harus dilakukan di ruang kelas formal; tenda darurat, ruang terbuka, hingga metode belajar jarak jauh berbasis komunitas menjadi solusi alternatif. Fokus utama pada tahap awal pascabencana bukanlah pada pencapaian nilai akademik, melainkan pada pengembalian rutinitas anak agar mereka merasa kembali memiliki kehidupan yang normal.

​Dukungan Psikososial sebagai Fondasi Utama

​Hal yang sering kali terlupakan namun sangat krusial adalah pemulihan trauma atau dukungan psikososial. Anak-anak yang terdampak bencana sering kali mengalami kecemasan hebat. Oleh karena itu, guru dalam situasi darurat tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping emosional. Aktivitas bermain sambil belajar, seni, dan bercerita menjadi instrumen penting untuk menyembuhkan luka batin mereka sebelum kembali masuk ke materi pelajaran yang lebih berat.

​Kolaborasi Multisektoral

​Melindungi hak belajar anak adalah tanggung jawab kolektif. Dibutuhkan kerja sama yang solid antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, hingga sektor swasta. Sinergi ini diperlukan untuk memastikan distribusi bantuan logistik pendidikan—seperti buku, alat tulis, dan seragam—dapat sampai ke tangan anak-anak di pelosok wilayah bencana dengan cepat dan tepat sasaran.

​Dengan persiapan yang matang dan respons yang cepat, kita dapat memastikan bahwa meskipun bencana menghancurkan bangunan, ia tidak akan pernah menghancurkan masa depan dan semangat belajar generasi penerus bangsa.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *