Education

Perilaku Perundungan dan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan Indonesia: Menghadapi dan Mencegah Masalah yang Serius

Published

on

Baca juga berita yang lain : Education

JAKARTA(usmnews) – Perilaku perundungan (bullying) dan kekerasan seksual masih menjadi tantangan serius yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Data dari Asesmen Nasional Tahun 2022 yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengungkapkan bahwa sebanyak 34,51 persen peserta didik berpotensi mengalami kekerasan seksual. Selain itu, 26,9 persen peserta didik berpotensi mengalami hukuman fisik, dan 36,31 persen peserta didik berpotensi mengalami perundungan.

Psikolog Klinis dan Keluarga, Nurina, menyoroti pentingnya peran keluarga dalam mendeteksi serta mencegah perilaku perundungan dan kekerasan seksual pada anak sejak dini. Nurina menekankan bahwa orangtua harus mampu mendeteksi ciri-ciri perilaku tersebut dan melakukan intervensi awal yang tepat. “Dengan mendeteksi ciri perilaku perundungan dan kekerasan seksual, sebagai orangtua juga kita harus mampu melakukan deteksi awal dari perilaku anak,” ungkapnya seperti dilansir dari laman resmi Ditjen GTK Kemendikbud pada Rabu, 20 Maret 2024.

Lebih lanjut, Nurina menjelaskan tentang pentingnya memahami masa psikoseksual anak. Mulai dari fase oral, anal, dan phalik pada usia dini (0-6 tahun), fase laten dan pra-pubertas pada usia kanak-kanak pertengahan (7-12 tahun), hingga fase genital pada masa pubertas atau remaja awal yang mencari identitas diri sesuai dengan jenis kelamin.

Nurina juga memberikan beberapa strategi untuk menghadapi dan mencegah perilaku perundungan dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Strategi tersebut antara lain:

Pertama, strategi promotif, yaitu menyinergikan peran orangtua dan sekolah serta memberikan pendidikan seksualitas sesuai dengan tahapan perkembangan anak, melalui parenting class, dan pelatihan keterampilan sosial anak.

Kedua, strategi preventif, meliputi gaya pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak, membangun komunikasi yang harmonis, serta menjaga keseimbangan antara harapan dan kemampuan anak.

Ketiga, strategi kuratif, termasuk dalam hal meningkatkan afirmasi positif pada anak melalui pujian dan penghargaan, serta memperkuat self-esteem anak dengan fokus pada kompetensi yang dimiliki.

Nurina menegaskan bahwa pendidikan karakter anak merupakan perjalanan panjang, dan setiap proses dalam pembentukan karakter anak harus dinikmati, karena hasil yang baik akan terwujud dari usaha yang konsisten dan komprehensif.

Update terus berita terkini! Kunjungi halaman usmtv.id
Artikel mengenai Perilaku Perundungan dan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan Indonesia: Menghadapi dan Mencegah Masalah yang Serius dapat Anda temukan pada Education dan di tulis oleh usmnews

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version