Business
Pasar Saham Asia Tertekan, Dolar AS Menguat

Jakarta (usmnews) – Pasar saham Asia jatuh pada 28 Januari 2025 akibat kekhawatiran overvaluasi AI dan ketegangan perdagangan internasional.Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,6%, dengan saham besar di Jepang seperti Advantest Corp. dan SoftBank Group Corp. merosot 11% dan 6%. DeepSeek, perusahaan rintisan China, meluncurkan model AI murah yang memicu kekhawatiran valuasi sektor teknologi AS.
Nvidia mendominasi sektor teknologi AS, yang juga tertekan. Saham Nvidia turun 17%, menghapus nilai pasar $589 miliar. Penurunan ini mencerminkan sentimen negatif tentang bubble teknologi yang semakin berkembang.
Dolar AS menguat terhadap mata uang G20 setelah Trump mengisyaratkan kebijakan tarif agresif pada produk impor. Trump berencana menaikkan tarif lebih dari 2,5%, yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi global dan mendorong investor beralih ke dolar AS sebagai aset aman.
Namun, ada beberapa tanda pemulihan di pasar saham Asia. Indeks Hang Seng di Hong Kong sedikit naik, sementara indeks Topix di Jepang berbalik arah dan menghapus sebagian kerugian. Beberapa pasar utama Asia, seperti Taiwan dan Korea Selatan, tutup untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Secara keseluruhan, pasar global tengah menghadapi ketidakpastian yang besar, terutama terkait dengan perkembangan teknologi dan kebijakan perdagangan. Analis memperingatkan investor untuk berhati-hati, terutama di sektor teknologi yang rentan terhadap perubahan regulasi dan pasar.
Pasar saham Asia menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun mengalami penurunan tajam. Indeks Hang Seng di Hong Kong mencatatkan sedikit kenaikan, sementara indeks Topix di Jepang berhasil berbalik arah dan mengurangi kerugian. Meskipun beberapa pasar utama Asia, seperti Taiwan dan Korea Selatan, tutup untuk liburan Tahun Baru Imlek, optimisme kembali muncul di tengah ketidakpastian. Beberapa analis memperkirakan, perubahan kebijakan perdagangan dan perkembangan sektor teknologi akan terus mempengaruhi pasar global dalam waktu dekat.