Tech
Pasar Ponsel Asia Tenggara Turun 1%, Xiaomi Unggul

Semarang (usmnews) – Pasar ponsel pintar di Asia Tenggara mengalami penurunan sebesar 1% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal kedua (Q2) 2025, dengan total pengiriman mencapai 25 juta unit, menurut laporan terbaru dari Canalys.
Xiaomi berhasil merebut kembali posisi teratas sejak terakhir memimpin pada Q2 2021. Perusahaan ini mengirimkan 4,7 juta unit ponsel, mencatatkan pangsa pasar 19%. Xiaomi meningkatkan kinerjanya dengan menjual seri Redmi secara agresif dan memanfaatkan platform seperti TikTok Shop.
TRANSSION menempati posisi kedua dengan pengiriman 4,5 juta unit dan pangsa pasar 18%. Merek ini mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi di antara lima besar, naik 17% dibandingkan tahun lalu. TRANSSION juga mendominasi pasar Filipina dengan pangsa pasar 37%.
Samsung menempati peringkat ketiga dengan pangsa pasar 17%, meskipun mengalami penurunan 3% dalam pengiriman. Meski begitu, permintaan terhadap perangkat 5G-nya tetap tinggi, terutama di Vietnam dan Singapura, berkat model Galaxy A06 5G dan A16 5G.
Di posisi keempat, OPPO (tidak termasuk OnePlus) mengirimkan 3,5 juta unit dengan pangsa pasar 14%. Namun, pengirimannya turun 19% karena tekanan persaingan di segmen entry-level. Vivo berada di urutan kelima dengan pangsa pasar 11%, turun 21% secara tahunan. Meskipun begitu, Vivo menunjukkan tren positif di segmen menengah lewat seri V.
Honor mencuri perhatian dengan pertumbuhan tertinggi, melonjak 121% dibandingkan tahun lalu. Honor mengirim lebih dari satu juta unit, berkat tingginya permintaan terhadap seri Honor X9c dan Honor 400.
Fluktuasi mata uang dan ketidakpastian ekonomi turut memengaruhi daya beli konsumen di kawasan. Melemahnya dolar AS memaksa produsen menyesuaikan harga dan strategi promosi mereka. Xiaomi, misalnya, memanfaatkan TikTok Shop untuk menjual model eksklusif dengan harga miring, sekaligus menguras stok lama lewat diskon besar.
Secara geografis, Xiaomi memimpin pasar di Malaysia (20%) dan Indonesia (21%). TRANSSION mendominasi Filipina, OPPO unggul di Thailand dengan 22%, sementara Samsung menguasai pasar Vietnam dengan 26%.
Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif dan ekonomi yang belum stabil, produsen ponsel harus terus berinovasi dalam strategi harga dan distribusi untuk mempertahankan posisi mereka di kawasan Asia Tenggara.