Connect with us

Education

Musim Pancaroba di Indonesia: Pergantian Musim dan Kesehatan

Published

on

pancaroba

usmtv.id (usmnews) – Musim pancaroba atau musim peralihan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola cuaca di Indonesia. Di samping musim hujan yang membawa kelembaban dan kemarau yang mengeringkan, musim pancaroba hadir sebagai masa transisi yang seringkali tidak menentu, terutama akibat perubahan iklim yang semakin terasa.

Menurut penjelasan Dion Yulianto dalam Buku Pintar Penanggulangan Kekeringan (2021), musim pancaroba adalah periode transisi dari musim kemarau ke musim penghujan, atau sebaliknya. Konsep ini didukung oleh pandangan dari Aviapedia (2011) karya Singgih Handoyo yang membagi menjadi dua bagian, yaitu musim kemareng (peralihan dari musim penghujan ke kemarau) dan musim labuh (peralihan dari musim kemarau ke penghujan). Diskes Badung juga menggambarkan musim pancaroba sebagai periode transisi dari satu musim ke musim lainnya, seperti peralihan dari kemarau ke penghujan antara bulan Maret hingga April, dan dari penghujan ke kemarau antara bulan Oktober hingga Desember.

Namun, musim pancaroba tidak hanya berdampak pada perubahan cuaca saja. Dalam buku Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis (2004) oleh Roni Fadilah, dijelaskan bahwa juga berpengaruh pada kesehatan dan imunitas tubuh. Salah satu ciri yang sering terjadi adalah angin kencang yang tidak menentu, terutama di daerah pegunungan. Udara pun terasa lebih hangat atau panas dari biasanya, disertai dengan hujan lebat dalam waktu singkat terutama di sore dan malam hari.

Dengan demikian, ciri-ciri musim pancaroba dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Cuaca yang tidak menentu
  2. Angin kencang, terutama di daerah pegunungan
  3. Udara terasa hangat atau panas
  4. Hujan lebat di sore atau malam hari.

Musim pancaroba bukan hanya sekadar perubahan cuaca, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah terkait dengan kesehatan pernapasan. Perubahan suhu yang tiba-tiba dan pola udara yang tidak stabil dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu dan batuk. Selain itu, hujan deras yang seringkali diiringi dengan angin kencang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda masyarakat.

Untuk menghadapi musim yang tidak terduga ini, diperlukan strategi penanganan dan adaptasi yang efektif. Langkah-langkah pencegahan seperti memperkuat infrastruktur, meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko bencana alam, dan mempersiapkan diri secara fisik dan mental dapat membantu mengurangi dampak negatif dari musim ini. Selain itu, upaya mitigasi perubahan iklim secara global juga menjadi kunci untuk mengurangi intensitas dan frekuensi musim pancaroba yang semakin tidak terduga.

Musim pancaroba memang menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, baik dari segi adaptasi terhadap perubahan cuaca maupun menjaga kesehatan di tengah kondisi yang tidak stabil. Oleh karena itu, pemahaman akan musim ini menjadi penting agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapinya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *