Lifestyle
Membangun komunikasi nyaman antara anak dengan orang tua

Bondowoso (usmnews)- Seorang siswa SMA di Bondowoso menangis di sekolah karena merasa tertekan menjalani jurusan pilihan orang tuanya. Ia mengikuti jurusan sains favorit anak-anak pintar demi keinginan orang tua, meski hatinya ingin psikologi. Tekanan bertambah ketika orang tuanya memaksa kuliah di teknik atau kedokteran. Kasus ini menunjukkan komunikasi anak–orang tua masih kaku dan penuh relasi kuasa.
Banyak orang tua menempatkan anak sebagai objek yang harus mengikuti rancangan hidup mereka, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga pasangan. Mereka merasa lebih tahu karena pengalaman hidup, lalu menyalurkan obsesi masa lalu yang gagal tercapai kepada anak. Akibatnya, anak yang hidup di zaman berbeda kehilangan kebebasan memilih.
Pola asuh seperti ini memutus komunikasi sehat. Anak merasa tidak nyaman bercerita, sedangkan orang tua merasa diremehkan. Anak yang tertekan bisa melampiaskan ke arah negatif atau hanya curhat ke teman dan guru.
Orang tua perlu mengevaluasi cara berkomunikasi.
Jika anak jarang bercerita, mulailah obrolan ringan tentang sekolah atau hal sepele, dengarkan tanpa menghakimi, dan beri pendapat hanya jika diminta. Ajak anak ke luar rumah untuk “bounding” agar suasana lebih cair. Dengan menekan ego dan ekspektasi, orang tua bisa membangun komunikasi hangat dan memberi anak ruang menentukan jalan hidupnya sendiri.