International
Krisis Demografi di Latvia: Mengapa Populasi Wanita Jauh Lebih Banyak Daripada Pria?
Semarang (usmnews) – Dikutip dari cnnindonesia.com Latvia sering kali dijuluki sebagai salah satu negara dengan ketimpangan rasio gender paling ekstrem di dunia. Data dari berbagai lembaga internasional, termasuk PBB, secara konsisten menunjukkan bahwa jumlah wanita di Latvia jauh melampaui jumlah pria. Fenomena ini bukan sekadar statistik angka, melainkan sebuah realitas sosial yang berakar pada masalah kesehatan masyarakat, gaya hidup, dan warisan sejarah yang kompleks.
1. Kesenjangan Harapan Hidup yang Mencolok
Salah satu penyebab utama dari ketimpangan ini adalah perbedaan angka harapan hidup yang sangat lebar antara kedua gender. Di Latvia, wanita rata-rata hidup hingga usia 80 tahun atau lebih, sementara pria memiliki angka harapan hidup yang jauh lebih rendah, sering kali hanya mencapai usia akhir 60-an atau awal 70-an.
Kesenjangan ini merupakan salah satu yang terbesar di Uni Eropa. Hal ini mengakibatkan populasi wanita di usia tua sangat mendominasi, sementara jumlah pria menyusut drastis seiring bertambahnya usia.
2. Faktor Gaya Hidup dan Kebiasaan Buruk
Tingginya angka kematian dini di kalangan pria Latvia sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa faktor kunci meliputi:
• Konsumsi Alkohol dan Rokok: Latvia memiliki tingkat konsumsi alkohol per kapita yang cukup tinggi. Budaya minum yang berat di kalangan pria berkontribusi langsung pada penyakit liver, kardiovaskular, hingga kecelakaan fatal.
• Perilaku Berisiko: Pria di Latvia secara statistik lebih cenderung melakukan tindakan berisiko tinggi, seperti berkendara dengan kecepatan tinggi atau mengabaikan prosedur keselamatan kerja, yang berujung pada angka kecelakaan yang fatal.
• Keengganan Memeriksakan Kesehatan: Adanya norma budaya “maskulinitas tradisional” membuat banyak pria merasa tabu untuk menunjukkan kelemahan atau mencari bantuan medis ketika sakit. Hal ini mengakibatkan penyakit kronis sering kali baru terdeteksi saat sudah mencapai stadium lanjut.
3. Masalah Kesehatan Mental dan Angka Bunuh Diri
Selain masalah fisik, kesehatan mental menjadi faktor yang sangat menentukan. Pria di Latvia menghadapi tekanan sosial yang besar sebagai pencari nafkah utama, terutama di tengah fluktuasi ekonomi pasca-era Uni Soviet. Kurangnya sistem pendukung kesehatan mental yang memadai bagi pria mengakibatkan angka bunuh diri di kalangan pria jauh lebih tinggi dibandingkan wanita. Banyak pria yang memilih memendam depresi mereka sendiri hingga berakhir tragis.
4. Dampak Sosial: Kesulitan Mencari Pasangan
Ketimpangan ini menciptakan tantangan unik dalam pasar pernikahan dan hubungan sosial. Banyak wanita Latvia yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan karier cemerlang mengeluhkan sulitnya menemukan pasangan pria yang sepadan, baik secara intelektual maupun stabilitas hidup.
Banyak pria di Latvia yang terjebak dalam masalah pengangguran atau ketergantungan zat, sehingga menciptakan kesenjangan kualifikasi antara wanita yang ambisius dan populasi pria yang kian menyusut. Akibatnya, banyak wanita Latvia memilih untuk melajang atau mencari pasangan dari luar negeri.
5. Warisan Sejarah yang Belum Sepenuhnya Pulih
Meskipun faktor modern lebih mendominasi, sejarah masa lalu tidak bisa diabaikan. Latvia kehilangan proporsi besar populasi prianya selama Perang Dunia II dan masa deportasi Soviet. Efek domino dari kehilangan generasi pria di masa lalu tersebut secara tidak langsung memengaruhi struktur keluarga dan rasio gender pada generasi-generasi berikutnya, meski saat ini faktor kesehatan pria modern menjadi ancaman yang lebih mendesak.
Kesimpulan
Ketimpangan gender di Latvia adalah potret nyata dari krisis maskulinitas dan kesehatan masyarakat. Pemerintah Latvia menghadapi tugas berat untuk merombak sistem kesehatan yang lebih inklusif bagi pria dan mengampanyekan perubahan gaya hidup demi menekan angka kematian dini. Tanpa intervensi yang serius terhadap perilaku berisiko dan kesehatan mental pria, Latvia akan terus berjuang melawan ancaman populasi yang tidak seimbang ini.