Connect with us

International

Kebijakan Energi Baru Jepang: Menghidupkan Kembali Raksasa Nuklir Pasca-Fukushima

Published

on

Jepang (usmnews) di kutip dari CNN indonesia sebuah negara yang sangat bergantung pada impor energi dan pernah terguncang hebat oleh bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl, kini bersiap untuk mengambil langkah signifikan dalam kebijakan energinya. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh CNN Indonesia, rencana ambisius tengah digulirkan untuk menghidupkan kembali **Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kashiwazaki-Kariwa**, fasilitas energi atom terbesar di dunia. Langkah ini dipandang sebagai titik balik monumental yang menandai dimulainya kembali operasional fasilitas nuklir pertama setelah tragedi Fukushima Daiichi pada tahun 2011.

PLTN Kashiwazaki-Kariwa, yang berlokasi strategis di Prefektur Niigata, Jepang tengah, adalah milik raksasa utilitas Tokyo Electric Power (Tepco). Pentingnya fasilitas ini tidak hanya terletak pada lokasinya, tetapi juga pada kapasitasnya yang kolosal. Dengan tujuh reaktor, PLTN ini memiliki total kapasitas terpasang hingga **8,2 gigawatt (GW)**, menjadikannya PLTN terbesar di dunia berdasarkan *output* daya. Namun, seluruh kompleks reaktor tersebut telah dinonaktifkan sepenuhnya sejak tahun 2012, menyusul insiden kebocoran reaktor dan pelelehan inti yang dipicu oleh gempa bumi dan gelombang tsunami dahsyat di Fukushima setahun sebelumnya. Penangguhan operasional ini merupakan bagian dari peninjauan ulang keamanan nasional dan langkah moratorium yang lebih luas terhadap sektor nuklir Jepang.

### 🗾 Menanti Persetujuan Gubernur Niigata

Sinyal lampu hijau untuk reaktivasi ini diperkirakan akan muncul dalam waktu dekat. Menurut laporan dari Nikkei Asia, Gubernur Prefektur Niigata, Hideyo Hanazumi, diharapkan akan memberikan persetujuan resmi untuk rencana Tepco ini secepatnya pada hari Jumat, 21 November 2025. Persetujuan dari pemerintah prefektur merupakan hambatan regulasi dan politik paling krusial bagi pabrik tersebut untuk bisa beroperasi kembali setelah terbengkalai selama lebih dari satu dekade.

Hanazumi dilaporkan telah memberi sinyal kepada pejabat prefektur bahwa ia akan secara terbuka mendukung penghidupan kembali PLTN tersebut. Pengumuman resminya dijadwalkan akan disampaikan pada Rabu, 19 November, mengenai keputusannya setelah mengumpulkan dan meninjau seluruh informasi yang diperlukan. Setelah pengumuman ini, Gubernur akan melanjutkan dengan proses konsultasi bersama majelis prefektur, yang dijadwalkan memulai sesi bulanannya pada 2 Desember 2025. Hanya jika majelis legislatif prefektur memberikan persetujuan terhadap proyek ini, pemerintah prefektur akan memberi tahu otoritas di Tokyo bahwa prosedur persetujuan lokal telah berhasil diselesaikan.

### 🛡️ Fokus pada Keamanan dan *Timeline* Operasional

Keputusan Gubernur Hanazumi ini didasarkan pada tinjauan keamanan yang ketat. Pada bulan Februari 2025, komite teknis yang dibentuk oleh pemerintah prefektur telah merilis laporan yang menyebutkan bahwa **tidak ada masalah keamanan yang terdeteksi** terkait dengan kepatuhan pabrik terhadap daftar periksa keselamatan yang panjang dan komprehensif yang ditetapkan oleh otoritas nuklir nasional pasca-Fukushima. Hal ini krusial, mengingat bahwa keamanan publik pasca-2011 menjadi prioritas utama yang tidak dapat ditawar lagi.

Dari ketujuh reaktor yang ada di kompleks Kashiwazaki-Kariwa, fokus awal adalah pada **Unit Nomor 6**. Reaktor ini telah disiapkan secara ekstensif untuk beroperasi kembali. Unit 6 dilaporkan telah dilengkapi dengan bahan bakar nuklir, yang berarti secara teknis, reaktor tersebut siap untuk dihidupkan kapan saja menunggu izin regulasi final. Apabila seluruh proses *restart* berjalan sesuai rencana dan mendapatkan persetujuan akhir dari Tokyo, Unit 6 diperkirakan akan mulai beroperasi dan menghasilkan listrik paling lambat pada **akhir Maret 2026**.

Keputusan untuk menghidupkan kembali Kashiwazaki-Kariwa, meskipun menuai perdebatan, mencerminkan adanya **perubahan signifikan dalam kebijakan energi nasional Jepang**. Setelah tragedi Fukushima, Jepang hampir sepenuhnya beralih dari energi nuklir, yang sebelumnya menyumbang porsi besar dari bauran energinya. Ketergantungan yang meningkat pada bahan bakar fosil pasca-2011, ditambah dengan tekanan global untuk dekarbonisasi dan masalah ketahanan energi yang dipicu oleh volatilitas geopolitik, telah memaksa Tokyo untuk meninjau kembali peran energi nuklir sebagai sumber listrik yang stabil, rendah karbon, dan mampu mengurangi defisit perdagangan energi negara tersebut. Reaktivasi Kashiwazaki-Kariwa, dengan kapasitasnya yang masif, merupakan langkah konkret dan paling ambisius dari pergeseran kebijakan energi ini.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *