Nasional

Insiden Histeria Massal Gegerkan Pabrik Boneka di Cianjur

Published

on

Cianjur (usmnews) di kutip dari detikjabar sebuah insiden mengejutkan yang diduga merupakan kasus kesurupan massal mengguncang ketenangan operasional di sebuah pabrik boneka yang berlokasi di Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur. Peristiwa ini memicu kepanikan luar biasa di antara para pekerja, memaksa puluhan karyawan untuk meninggalkan gedung produksi secara terburu-buru dan histeris. Kejadian ini menjadi sorotan utama, menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor pemicu di lingkungan kerja yang padat dan intensif.

### Kronologi dan Dampak Kejadian

Menurut informasi yang dihimpun dari laporan di lapangan, kegaduhan mulai terjadi pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB dan disusul lagi sekitar pukul 10.00 WIB. Kapolsek Sukaluyu, AKP Akhmad Tri Lesmana, membenarkan kejadian tersebut. Pihak kepolisian segera bergerak cepat menanggapi laporan adanya histeria massal di lokasi tersebut. Setelah dilakukan pengecekan, didapati bahwa total terdapat **30 karyawan** yang menunjukkan gejala-gejala histeris yang diduga kuat sebagai manifestasi dari kesurupan massal. Jumlah yang signifikan ini menunjukkan seberapa cepat dan luas fenomena tersebut menyebar di area pabrik.

“Anggota langsung ke lokasi begitu mendapatkan informasi adanya kesurupan massal. Total ada 30 karyawan yang mengalami gejala serupa,” jelas AKP Tri Lesmana pada hari itu, menegaskan tingkat keparahan situasi. Kepanikan yang timbul tidak hanya terbatas pada mereka yang terpengaruh, tetapi juga menyebar ke rekan-rekan kerja lain yang menyaksikan peristiwa tersebut, terlihat dari rekaman video yang beredar di media sosial, di mana pegawai tampak panik dan berhamburan keluar gedung. Petugas keamanan juga terlihat sibuk mengevakuasi karyawan yang terpengaruh.

### Penanganan dan Respon Perusahaan

Menyikapi situasi darurat ini, pihak perusahaan, dalam hal ini diwakili oleh Staff General Affair (GA) PT Aurora, Aji Iksan, segera mengambil langkah-langkah penanganan. Salah satu keputusan penting yang diambil adalah dengan segera memulangkan karyawan yang mengalami histeria atau diduga kesurupan. Pemulangan ini tidak hanya bertujuan untuk menenangkan mereka yang terdampak, tetapi juga sebagai langkah pencegahan strategis agar kepanikan tidak meluas dan mempengaruhi lebih banyak pekerja.

Aji Iksan menjelaskan bahwa insiden ini berlangsung kurang lebih selama satu jam penuh, di mana situasi diwarnai dengan teriakan dan tangisan ketakutan. “Yang terkena dipulangkan, diantar perusahaan juga. Untuk mencegah supaya tidak makin banyak yang ikut panik,” katanya. Dia juga memastikan bahwa setelah penanganan dilakukan, kondisi di pabrik berangsur normal kembali. Karyawan yang dipulangkan kini berada dalam kondisi istirahat.

### Dugaan Pemicu Awal

Mengenai pemicu awal dari insiden histeria ini, Aji Iksan mengungkapkan dugaan yang beredar di kalangan pekerja. Salah satu spekulasi menyebutkan bahwa kejadian bermula ketika salah satu karyawan mengalami insiden kecil saat bekerja, yakni jarinya tertusuk jarum. Momen ini, entah karena rasa sakit, kaget, atau mungkin kondisi psikologis yang sedang rentan, memicu teriakan yang kemudian ditanggapi dengan kepanikan berantai oleh karyawan lain.

“Memang benar tadi ada kesurupan. Tapi penyebab pastinya kami belum tahu. Katanya ada yang kena tusuk jarum, kemudian teriak, dan yang lain ikut-ikutan panik,” jelas Aji Iksan. Meskipun ini hanya dugaan, kasus tusukan jarum yang relatif kecil bisa menjadi katalisator bagi pelepasan stres dan ketegangan kolektif yang mungkin sudah terakumulasi di lingkungan kerja. Fenomena seperti kesurupan massal, dalam kajian psikologi, sering dikaitkan dengan *Mass Psychogenic Illness* (MPI) atau penyakit psikogenik massal, di mana gejala fisik dan emosional menyebar dengan cepat dalam kelompok yang memiliki ikatan emosional atau tekanan yang sama.

### Operasi Berlanjut dan Upaya Pencegahan

Meskipun terjadi insiden yang mengganggu, pihak pabrik memutuskan untuk **tidak meliburkan** seluruh karyawan. Setelah karyawan yang histeris dievakuasi dan ditenangkan, karyawan lainnya diminta untuk melanjutkan pekerjaan seperti biasa. Hal ini menunjukkan upaya manajemen untuk mempertahankan kontinuitas operasional sambil memastikan keamanan.

Untuk mengatasi potensi terulangnya kejadian serupa dan untuk menenangkan suasana pasca-insiden, supervisor dan manajemen segera memberikan arahan dan pencerahan kepada para pekerja yang tidak terdampak. Pesan utamanya adalah mendorong keterbukaan komunikasi di tempat kerja. “Supervisor juga sudah memberi pengarahan pencerahan agar kalau ada masalah atau kondisi tidak enak segera sampaikan, jangan dipaksakan,” pungkas Aji Iksan. Pemberian pencerahan ini mencerminkan pengakuan perlunya mengelola faktor stres dan kondisi psikologis pekerja secara lebih proaktif.

Secara keseluruhan, peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya tidak hanya keselamatan fisik di tempat kerja, tetapi juga kesehatan mental dan pengelolaan stres kolektif, terutama di sektor padat karya seperti pabrik boneka, di mana rutinitas dan tekanan target produksi bisa memicu kerentanan terhadap fenomena histeria atau kesurupan massal.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version