Entertainment
Harmoni Emosi dan Komedi: Alasan Strategis di Balik Pemilihan ‘Terlalu Cinta’ Lyodra untuk Film ‘Agak Laen 2’

Semarang (usmnews) Dikutip dari m.kumparan.com Dunia perfilman Indonesia kembali dihebohkan oleh kesuksesan sekuel film komedi populer, “Agak Laen: Menyala Pantiku!”. Di balik gelak tawa dan antusiasme penonton yang membludak, terdapat satu elemen artistik yang mencuri perhatian publik, yakni penggunaan lagu hits “Terlalu Cinta” versi Lyodra Ginting sebagai salah satu pengiring adegan krusial. Keputusan ini bukan sekadar tempelan, melainkan langkah strategis yang dipikirkan matang-matang oleh tim produksi.
Dipa Andika, selaku produser dari rumah produksi Imajinari, membeberkan alasan mendasar mengapa lagu ciptaan maestro Yovie Widianto ini dipilih. Lagu “Terlalu Cinta”, yang awalnya dipopulerkan oleh Rossa pada tahun 2006 dan kemudian dibawakan ulang dengan nuansa segar oleh Lyodra pada 2024, dinilai memiliki kekuatan magis dalam menjembatani emosi penonton. Dipa menjelaskan bahwa faktor utama pemilihannya adalah popularitas lagu tersebut yang sudah lintas generasi. Melodi dan liriknya yang familiar di telinga masyarakat luas memudahkan penonton untuk langsung terhubung secara emosional dengan adegan yang ditampilkan, tanpa perlu proses adaptasi yang lama.

Lebih lanjut, Dipa menekankan bahwa kesesuaian lirik lagu dengan narasi film menjadi pertimbangan vital. Meskipun “Agak Laen 2” bergenre komedi, penyisipan lagu balada yang menyayat hati ini justru menciptakan kontradiksi yang unik dan memperkuat efek komedi di salah satu adegan yang paling mengundang tawa. Efek viral yang kemudian muncul di media sosial membuktikan bahwa ramuan kontras antara lagu sendu dan adegan jenaka tersebut berhasil “pecah” dan diterima dengan sangat baik oleh penonton.
Selain membahas aspek musikal, sang produser juga menyoroti pencapaian luar biasa film ini yang telah menembus angka 7 juta penonton. Angka fantastis ini, menurut Dipa, adalah sesuatu yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya. Imajinari, sebagai rumah produksi, selalu memegang prinsip untuk memulai setiap proyek dari nol, menganggapnya sebagai bayi baru tanpa terbebani bayang-bayang kesuksesan film sebelumnya yang mencapai 9,1 juta penonton. Meski demikian, Dipa tak menampik adanya rasa gugup saat memproduksi sekuel ini. Beban terberat bukanlah pada target angka penonton, melainkan pada tanggung jawab moral untuk kembali membahagiakan penonton dengan kualitas cerita yang solid. Oleh karena itu, fokus utama tim produksi tertuju pada penggodokan naskah yang matang, bukan sekadar mengejar rekor.

Secara finansial, Imajinari mengaku lebih berfokus pada pencapaian Break Even Point (BEP) atau titik impas modal sebagai target realistis, alih-alih mematok angka penonton yang muluk-muluk. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa “Agak Laen: Menyala Pantiku!”—dengan bantuan sentuhan magis lagu Lyodra—telah melampaui ekspektasi tersebut, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu fenomena sinema Indonesia di tahun 2025.







