Connect with us

Business

Harga Emas hingga Bitcoin Lesu, Sentimen The Fed Mulai Pudar?

Published

on

Jakarta, (usmnews) – Gerak sejumlah komoditas seperti emas dan Bitcoin mulai melemah setelah sebelumnya mencatat reli penguatan yang dipicu oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, bulan depan.

Menurut laporan Bloomberg pada Rabu (28/8/2024), harga emas menghentikan reli penguatan dua hari berturut-turut karena para pelaku pasar tengah menantikan data inflasi AS yang akan menjadi indikator jalur pemangkasan suku bunga The Fed. Pada pukul 10.25 WIB, harga emas di pasar spot tercatat melemah 0,43% atau 10,76 poin ke level US$2.513,88 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Comex juga turun 0,12% ke level US$2.549,90 per troy ounce.

Penurunan harga emas ini terjadi setelah Presiden Fed Bank of San Francisco, Mary Daly, menyuarakan pandangan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang pekan lalu menyatakan bahwa sudah waktunya bagi bank sentral AS untuk mulai menurunkan suku bunga.

Namun, para investor kini masih menunggu rilis data inflasi AS pada Jumat mendatang, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan inflasi inti menjadi 2,1%, sedikit di atas target bank sentral sebesar 2%.

Sepanjang tahun ini, emas telah melonjak lebih dari 25%, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga dan pembelian kuat oleh bank-bank sentral. Selain itu, logam mulia ini juga mendapat dukungan dari permintaan untuk aset-aset safe haven di tengah konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Ukraina.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah kembali menguat setelah ditutup melemah sekitar 2% pada perdagangan Selasa (27/8/2024), di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di AS dan China yang dapat mengurangi permintaan energi. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak Brent naik 0,14% ke US$79,6 per barel setelah ditutup melemah 2,3% pada perdagangan sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,17% ke US$75,66 per barel setelah turun 2,4%.

“Penurunan harga hari ini (Selasa), meskipun signifikan, masih berada dalam kisaran normal dan pantas dikoreksi menyusul kenaikan substansial US$6 per barel selama tiga hari,” kata analis dari perusahaan penasihat energi Ritterbusch and Associates, dikutip dari Reuters.

Di AS, kepercayaan konsumen meningkat ke level tertinggi dalam enam bulan pada bulan Agustus, namun kekhawatiran masyarakat tentang pasar tenaga kerja meningkat setelah tingkat pengangguran melonjak mendekati level tertinggi dalam tiga tahun sebesar 4,3% pada bulan lalu. Peningkatan pengangguran ini memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga bulan depan, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Bitcoin Cs

Sementara itu, harga aset kripto seperti Bitcoin mencatatkan penurunan terbesar sejak gejolak pasar global pada awal Agustus. Koreksi harga juga terjadi pada aset kripto lain seperti Ether. Mengutip Bloomberg pada Rabu (28/8), harga Bitcoin sempat anjlok lebih dari 6%, penurunan paling tajam sejak 5 Agustus lalu, sebelum kembali stabil di kisaran US$59,400. Aset kripto Etherium juga mengalami koreksi lebih dari 7% sebelum mengurangi sebagian pelemahan tersebut ke level US$2,463.

Token-token utama aset kripto mulai kehilangan sentimen positif yang mereka terima minggu lalu setelah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell memberikan indikasi paling jelas bahwa bank sentral AS sedang bersiap untuk memangkas suku bunga acuan dari level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.

“Kami pada dasarnya memperhitungkan sentimen The Fed pada seluruh aset, yang membuat pelemahan Bitcoin di bawah harga rata-rata pergerakan 200 hari token tersebut sedikit mengkhawatirkan,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG Australia Pty, dikutip dari Bloomberg.

Para pelaku pasar kini tengah menantikan hasil terbaru dari Nvidia Corp., perusahaan yang memimpin dalam sektor kecerdasan buatan dan telah membantu mendorong saham global ke rekor tertinggi. Laporan yang akan dirilis Rabu nanti diperkirakan akan memengaruhi selera investor terhadap investasi berisiko, termasuk Bitcoin, tambah Sycamore.

sumber : Bisnis.com

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *