Lifestyle
Hal Penting yang Dibutuhkan Anak pada Transisi dari PAUD ke SD

usmtv.id (usmnews) – Pendidikan anak pada masa transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) merupakan hal penting dan langkah kritis dalam pembentukan karakter dan kemampuan dasar siswa. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril, menekankan enam fondasi penting yang perlu dimiliki anak selama transisi ini.
Dalam kegiatan sosialisasi penguatan implementasi Gerakan Transisi PAUD ke SD, Iwan Syahril menyoroti pentingnya pendidikan anak yang diberikan guru SD kelas awal untuk tidak hanya fokus pada baca, tulis, dan hitung, tetapi juga memberikan perhatian pada enam kemampuan fondasi secara holistik. Fondasi-fondasi tersebut mencakup mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, kematangan emosi, kematangan kognitif, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri, serta pemaknaan belajar yang menyenangkan dan positif.
Selain memberikan pemahaman tentang keenam fondasi ini, kegiatan sosialisasi bertujuan membangun kolaborasi dan sinergitas lintas sektor kepada 514 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta Kelompok Kerja (Pokja) Bunda PAUD. Ini merupakan hal penting untuk langkah strategis dalam mendukung Gerakan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, yang diluncurkan pada Maret 2023.
Gerakan ini bertujuan untuk mengatasi miskonsepsi tentang kemampuan yang dibangun anak di PAUD. Salah satu perubahan signifikan adalah menghilangkan model tes calistung sebagai syarat masuk SD, setelah Kemendikbudristek menilai model tersebut tidak efektif. Penguatan kebijakan ini diatur dalam Surat Edaran Nomor 0759/C/HK.04.01/2023, yang membahas Penguatan Transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini ke Sekolah Dasar Kelas Awal.
Melansir dari Detik.com, Plt Direktur PAUD, Komalasari, menetapkan tiga target perubahan setelah peluncuran gerakan ini. Pertama, menghilangkan tes calistung dalam masa penerimaan siswa baru. Kedua, menerapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Dan ketiga, menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi kesalahpahaman tentang kemampuan calistung dan menciptakan dasar yang kokoh bagi siswa saat memasuki kelas awal SD.
Komalasari mengungkapkan bahwa gerakan transisi ini telah diadopsi oleh lebih dari 502 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, sesuai dengan Surat Edaran Nomor 0759/C/HK.04.01/2023. Ia menekankan pentingnya menjaga momentum ini agar gerakan ini dapat memberikan dampak yang lebih masif, konstruktif, dan berkesinambungan di berbagai satuan pendidikan. Dengan kolaborasi lintas sektor, harapannya adalah menciptakan fondasi pendidikan yang kokoh untuk generasi muda Indonesia.
Update terus berita terkini! Kunjungi halaman usmtv.id