Connect with us

Blog

DPR Khawatir Orang Tua Mulai Larang Anak Konsumsi Menu MBG

Published

on

Jakarta, (USMNEWS),- Dikutip dari CNN Indonesia,Dalam sebuah rapat dengar pendapat umum (RDPU) di Komisi IX DPR pada hari Senin, 22 September, Wakil Ketua Komisi IX DPR, Charles Honoris, menyuarakan keprihatinannya yang mendalam terkait maraknya kasus keracunan yang terjadi dalam program makan bergizi gratis (MBG).

Rapat tersebut, yang juga dihadiri oleh sejumlah organisasi sipil, berfokus pada pembahasan program MBG, yang bertujuan mulia untuk memenuhi gizi anak-anak, tetapi kini menghadapi tantangan serius. Charles Honoris mengungkapkan kekhawatirannya bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan nyata dan efektif untuk mengatasi masalah ini, kepercayaan orang tua terhadap program tersebut akan terkikis habis.

Ia bahkan meyakini bahwa banyak orang tua di seluruh Indonesia akan mulai melarang anak-anak mereka mengonsumsi makanan yang disajikan melalui program ini karena trauma dan ketakutan yang mendalam.Charles Honoris menegaskan bahwa kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Ia mengutip data yang disampaikan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) dalam rapat tersebut.

JPPI mencatat peningkatan kasus keracunan yang sangat signifikan, di mana dalam satu minggu saja, kasus keracunan MBG bertambah lebih dari seribu. Sejak pertama kali laporan kasus ini dirilis pada 14 September, jumlahnya mencapai 5.360 kasus. Namun, hanya dalam waktu satu minggu, tepatnya per 21 September, angka tersebut melonjak menjadi 6.452 kasus.

Lonjakan ini mencerminkan betapa seriusnya masalah yang sedang dihadapi. Charles Honoris meyakini bahwa angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar hanya sebagian kecil dari total kasus yang sebenarnya terjadi. Ia memberikan contoh kasus 97 siswa di kelurahan Lagoa, Jakarta Utara, yang menjadi korban keracunan MBG namun tidak mendapatkan liputan media secara luas. Charles Honoris berpendapat bahwa kasus serupa pasti banyak terjadi di berbagai kabupaten atau provinsi lain di Indonesia, namun tidak terekspos oleh media. Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa jumlah kasus yang dilaporkan atau “underreported” sudah pasti jauh lebih rendah dari kenyataan.Selain itu, Charles Honoris juga menyoroti potensi peningkatan kasus keracunan di masa depan seiring dengan ekspansi program.

Ia menjelaskan bahwa saat ini, dengan jumlah dapur umum atau satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) sekitar delapan ribu, kasus keracunan sudah mencapai angka enam ribuan. Dengan logika sederhana, ia berargumen bahwa jika jumlah dapur MBG terus bertambah, maka jumlah anak yang berpotensi mengalami keracunan juga akan semakin banyak. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Charles Honoris tidak melihat masalah keracunan ini sebagai isu teknis semata, melainkan sebagai sebuah “kesalahan sistem” yang mendasar. Ia berpendapat bahwa ada cacat pada sistem yang memungkinkan terjadinya kasus-kasus keracunan ini secara masif dan berulang.Namun, Charles Honoris juga mengakui bahwa menghentikan program MBG bukanlah solusi yang mudah atau realistis saat ini. Mengingat program ini merupakan salah satu program strategis pemerintahan Presiden Prabowo dan anggarannya telah disiapkan, fokus utama haruslah beralih dari penghentian program menjadi upaya untuk menekan angka keracunan secara drastis.

Charles Honoris menyadari bahwa program ini memiliki tujuan mulia, dan anggaran yang dialokasikan tidak sedikit, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Ia tidak ingin melihat program dengan tujuan baik ini menjadi sia-sia dan anggaran negara terbuang percuma. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengambil tindakan preventif untuk mencegah kasus keracunan terulang kembali, memastikan bahwa tujuan mulia dari program MBG benar-benar bisa tercapai tanpa harus mengorbankan kesehatan dan keselamatan anak-anak.

Charles Honoris mendesak agar semua pihak terkait, terutama pemerintah, segera mengambil langkah-langkah yang konkret dan efektif untuk memperbaiki sistem, meningkatkan pengawasan, dan menjamin kualitas makanan yang disajikan, agar kepercayaan publik dapat pulih dan program ini dapat berjalan sesuai harapan.CanvasGemini dapat membuat kesalahan, jadi periksa kembali responsnyalam sebuah rapat dengar pendapat umum (RDPU) di Komisi IX DPR pada hari Senin, 22 September, Wakil Ketua Komisi IX DPR, Charles Honoris, menyuarakan keprihatinannya yang mendalam terkait maraknya kasus keracunan yang terjadi dalam program makan bergizi gratis (MBG).

Rapat tersebut, yang juga dihadiri oleh sejumlah organisasi sipil, berfokus pada pembahasan program MBG, yang bertujuan mulia untuk memenuhi gizi anak-anak, tetapi kini menghadapi tantangan serius. Charles Honoris mengungkapkan kekhawatirannya bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan nyata dan efektif untuk mengatasi masalah ini, kepercayaan orang tua terhadap program tersebut akan terkikis habis. Ia bahkan meyakini bahwa banyak orang tua di seluruh Indonesia akan mulai melarang anak-anak mereka mengonsumsi makanan yang disajikan melalui program ini karena trauma dan ketakutan yang mendalam.Charles Honoris menegaskan bahwa kekhawatiran ini bukan tanpa alasan.

Ia mengutip data yang disampaikan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) dalam rapat tersebut. JPPI mencatat peningkatan kasus keracunan yang sangat signifikan, di mana dalam satu minggu saja, kasus keracunan MBG bertambah lebih dari seribu. Sejak pertama kali laporan kasus ini dirilis pada 14 September, jumlahnya mencapai 5.360 kasus. Namun, hanya dalam waktu satu minggu, tepatnya per 21 September, angka tersebut melonjak menjadi 6.452 kasus.

Lonjakan ini mencerminkan betapa seriusnya masalah yang sedang dihadapi. Charles Honoris meyakini bahwa angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar hanya sebagian kecil dari total kasus yang sebenarnya terjadi. Ia memberikan contoh kasus 97 siswa di kelurahan Lagoa, Jakarta Utara, yang menjadi korban keracunan MBG namun tidak mendapatkan liputan media secara luas. Charles Honoris berpendapat bahwa kasus serupa pasti banyak terjadi di berbagai kabupaten atau provinsi lain di Indonesia, namun tidak terekspos oleh media. Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa jumlah kasus yang dilaporkan atau “underreported” sudah pasti jauh lebih rendah dari kenyataan.Selain itu, Charles Honoris juga menyoroti potensi peningkatan kasus keracunan di masa depan seiring dengan ekspansi program.

Ia menjelaskan bahwa saat ini, dengan jumlah dapur umum atau satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) sekitar delapan ribu, kasus keracunan sudah mencapai angka enam ribuan. Dengan logika sederhana, ia berargumen bahwa jika jumlah dapur MBG terus bertambah, maka jumlah anak yang berpotensi mengalami keracunan juga akan semakin banyak. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Charles Honoris tidak melihat masalah keracunan ini sebagai isu teknis semata, melainkan sebagai sebuah “kesalahan sistem” yang mendasar. Ia berpendapat bahwa ada cacat pada sistem yang memungkinkan terjadinya kasus-kasus keracunan ini secara masif dan berulang.Namun, Charles Honoris juga mengakui bahwa menghentikan program MBG bukanlah solusi yang mudah atau realistis saat ini.

Mengingat program ini merupakan salah satu program strategis pemerintahan Presiden Prabowo dan anggarannya telah disiapkan, fokus utama haruslah beralih dari penghentian program menjadi upaya untuk menekan angka keracunan secara drastis. Charles Honoris menyadari bahwa program ini memiliki tujuan mulia, dan anggaran yang dialokasikan tidak sedikit, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Ia tidak ingin melihat program dengan tujuan baik ini menjadi sia-sia dan anggaran negara terbuang percuma.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengambil tindakan preventif untuk mencegah kasus keracunan terulang kembali, memastikan bahwa tujuan mulia dari program MBG benar-benar bisa tercapai tanpa harus mengorbankan kesehatan dan keselamatan anak-anak. Charles Honoris mendesak agar semua pihak terkait, terutama pemerintah, segera mengambil langkah-langkah yang konkret dan efektif untuk memperbaiki sistem, meningkatkan pengawasan, dan menjamin kualitas makanan yang disajikan, agar kepercayaan publik dapat pulih dan program ini dapat berjalan sesuai harapan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *