Connect with us

Entertainment

Dari Daerah untuk Indonesia: Labuan Bajo Jadi Lokasi Percontohan Bioskop Alternatif

Published

on

Jakarta (usmnews) – Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf), melalui kolaborasi Deputi Bidang Kreativitas Media—khususnya Direktorat Film, Animasi, dan Video—bersama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores serta Mawatu Labuan Bajo, resmi menghadirkan sebuah bioskop alternatif di wilayah Labuan Bajo. Kehadiran bioskop ini bukan sekadar ruang hiburan, tetapi menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperluas akses masyarakat terhadap tontonan film berkualitas serta memperkuat ekosistem ekonomi kreatif berbasis potensi daerah.

Menteri Ekraf, Teuku Riefky Harsya, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa, menegaskan bahwa inisiatif bioskop alternatif akan terus diperluas ke berbagai daerah lain yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi kreatif. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen untuk menjadikan sektor ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan, dan bertumpu pada kolaborasi lintas daerah.

Melalui program Sinema Rakyat yang digelar pada 14–15 November 2025, pemerintah mewujudkan sinergi hexahelix—menggabungkan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku industri, komunitas, dan media—dalam menghadirkan ruang tontonan yang merata dan mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Program ini sekaligus membuka kesempatan lebih luas bagi publik untuk menikmati film-film berkualitas tanpa harus mengakses layar komersial yang umumnya terkonsentrasi di kota besar.

Deputi Bidang Kreativitas Media, Agustini Rahayu, menekankan bahwa hadirnya Sinema Rakyat adalah langkah konkret dalam memperkuat ekonomi kreatif mulai dari daerah. Menurutnya, penyediaan akses layar yang lebih merata memungkinkan masyarakat tidak hanya berperan sebagai penonton, tetapi juga sebagai bagian penting dari rantai ekosistem kreatif yang mampu mendorong sirkulasi ekonomi di tingkat lokal.

Pada pelaksanaannya, Sinema Rakyat menayangkan dua film Indonesia yang mengangkat narasi lokal serta pesan sosial yang kuat. Di hari pertama, diputar film Tegar karya Aksa Bumi Langit yang disutradarai Anggi Frisca. Film ini menyoroti isu inklusi, kemandirian, dan kesetaraan melalui kisah perjalanan seorang anak difabel yang berusaha membuktikan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berdiri tegak.

Hari kedua menampilkan film Kaka Boss produksi Imajinari Pictures, debut penyutradaraan Arie Kriting. Film ini menyajikan kisah tentang perjuangan menghadapi stigma sosial dengan sentuhan komedi, menggambarkan perjalanan mencari jati diri, karya, dan mimpi.

Tak hanya pemutaran film, Mawatu Labuan Bajo juga menyelenggarakan bazar UMKM dan kompetisi musik yang melibatkan pelaku usaha lokal serta komunitas kreatif daerah. Konsep festival ini dirancang agar film tidak hanya dinikmati sebagai hiburan, tetapi juga menjadi medium edukasi dan penggerak pemberdayaan ekonomi kreatif.

Kementerian Ekraf menegaskan bahwa penyediaan bioskop alternatif adalah bagian dari komitmen pemerintah menciptakan pemerataan infrastruktur layar dan memperkuat ekosistem perfilman nasional. Kehadiran ruang tontonan seperti ini diharapkan mampu membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan partisipasi komunitas lokal, dan mendorong keberlanjutan industri film Indonesia. Dengan demikian, sektor perfilman dapat terus berkembang sebagai bagian penting dari ekonomi kreatif yang menjadi “mesin pertumbuhan baru” berbasis kekuatan daerah.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *