Tech
ChatGPT Buat Bimbel Online Chegg Bangkrut, Ini Alasannya

Jakarta (usmnews) – Kehadiran ChatGPT sebagai chatbot berbasis kecerdasan buatan mengubah lanskap bisnis pendidikan. Chegg, platform bimbingan belajar online asal Amerika Serikat, harus gulung tikar akibat kehilangan pelanggan yang beralih ke ChatGPT. Sebelumnya, pelanggan Chegg membayar langganan sebesar 19,95 dolar AS per bulan untuk mendapatkan jawaban dan konsultasi dari para ahli.
Namun, sejak ChatGPT dirilis, pelajar memilih menggunakan AI tersebut karena lebih praktis dan cepat. Akibatnya, Chegg kehilangan lebih dari setengah juta pelanggan. Harga saham Chegg juga terjun bebas dari puncaknya di 113,51 dolar AS pada 2021 menjadi hanya 1,86 dolar AS di awal 2025.
Meskipun begitu Chegg mencoba berinovasi dengan meluncurkan Cheggmate dan menggandeng beberapa mitra seperti Scale AI, langkah-langkah ini gagal mengatasi pergeseran preferensi pelanggan. Bahkan, pembaruan situs dengan fitur mirip ChatGPT pun tidak cukup kuat untuk membendung dominasi teknologi AI generatif yang semakin canggih.
Chegg sebenarnya mencoba beradaptasi dengan meluncurkan Cheggmate, hasil kolaborasi dengan OpenAI. Namun, inovasi ini tidak mampu menarik kembali pelanggan. Perusahaan juga bekerja sama dengan Scale AI untuk menciptakan sistem berbasis AI lainnya, tetapi hasilnya tetap tidak signifikan.
Chegg tetap kesulitan bersaing meskipun sudah memperbarui situs webnya dengan fitur mirip ChatGPT. CEO Dan Rosensweig akhirnya mundur pada Juni 2024, dan Nathan Schultz menggantikan posisinya dengan strategi baru, termasuk memangkas 441 karyawan. Sayangnya, langkah tersebut tetap tidak mampu menyelamatkan Chegg dari kebangkrutan.
Keputusan Chegg untuk menunda adopsi AI di masa awal ternyata menjadi salah satu kesalahan fatal yang mempercepat kejatuhannya.Sementara itu, pelajar di seluruh dunia semakin menyukai ChatGPT karena kemampuannya yang canggih dan kecepatannya mendominasi pasar.