Tech
BMKG: Kemunculan La Nina Lemah Diperkirakan Terjadi Akhir Agustus

(usmnews) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kemunculan La Nina dengan intensitas lemah pada akhir Agustus, yang akan berdampak terutama di wilayah timur Indonesia.
“Kami telah menerima laporan dari Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, bahwa La Nina diperkirakan akan mulai terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada akhir Agustus,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantornya, Jakarta, Selasa (20/8).
La Nina adalah fenomena iklim yang ditandai dengan anomali suhu permukaan laut di kawasan tropis Samudra Pasifik bagian barat Ekuador dan Peru, yang berakibat pada peningkatan curah hujan di berbagai wilayah dunia.
Bersama dengan El Nino, yang biasanya menyebabkan kekeringan global, La Nina merupakan bagian dari fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO).
Fenomena ini diklasifikasikan sebagai El Nino jika suhu di kawasan Pasifik lebih tinggi dari normal (lebih dari 0,5 derajat Celsius), sedangkan La Nina terjadi jika suhunya di bawah -0,5 derajat. Kondisi netral terjadi ketika suhu berada antara 0,5 hingga -0,5 derajat Celsius.
Dwikorita menjelaskan bahwa kemunculan La Nina ini akan berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah timur dan utara Indonesia.
“Mulai akhir Agustus hingga awal September, kita akan melihat peningkatan curah hujan di beberapa wilayah,” jelasnya.
Meskipun intensitas La Nina diprediksi lemah, peningkatan curah hujan dapat mencapai 10 persen di beberapa bagian Indonesia, terutama di kawasan timur dan utara, menurut Dwikorita.
Namun, dia juga menekankan bahwa efek La Nina dapat dirasakan hingga sebagian wilayah Sumatra.
“Karena La Nina dipengaruhi oleh Samudra Pasifik di bagian timur, pengaruhnya lebih dominan di wilayah timur dan utara Indonesia, meskipun beberapa wilayah di Sumatra juga mungkin merasakan dampaknya,” tambahnya.
Ardhasena menjelaskan bahwa dampak La Nina di wilayah barat Indonesia cenderung lebih sedikit karena wilayah ini lebih dipengaruhi oleh anomali iklim yang berpusat di Samudra Hindia, yang dikenal sebagai Indian Ocean Dipole (IOD).
“Wilayah barat Indonesia lebih dipengaruhi oleh kondisi di Samudra Hindia,” kata Ardhasena, sambil menambahkan bahwa kondisi IOD saat ini masih netral.
Ia juga menekankan bahwa hujan yang terjadi di beberapa provinsi bagian timur dan utara Indonesia saat ini bukan akibat La Nina, melainkan akibat musim reguler.
“La Nina baru akan mulai terjadi, saat ini masih dalam tahap awal,” jelasnya.
Menurut data dari lembaga atmosfer dan kelautan Amerika Serikat (NOAA) per 12 Agustus, status ENSO saat ini adalah “La Nina Watch.”
“Kondisi netral ENSO sedang berlangsung,” demikian pernyataan NOAA.
“ENSO-netral diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, dengan kemungkinan La Nina terjadi selama September–November (dengan peluang 66 persen) dan bertahan sepanjang musim dingin di Belahan Bumi Utara 2024–25 (dengan peluang 74 persen selama November-Januari),” kata NOAA. Dilansir dari CNN Indonesia.
Berikut adalah data suhu permukaan laut di beberapa lokasi pengukuran ENSO:
- Nino 4: 0,4 derajat C
- Nino 3.4: 0,0 derajat C
- Nino 3: 0,0 derajat C
- Nino 1+2: -0,2 derajat C
Ardhasena menegaskan bahwa prediksi dari NOAA tersebut cukup signifikan dan layak untuk dipantau lebih lanjut.