Connect with us

Nasional

Bencana Longsor Cilacap: Korban Tewas Terus Bertambah, Lima Jiwa Masih dalam Pencarian

Published

on

Padang (usmnews) di kutip dari kompas.id Bencana alam tanah longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, telah memasuki hari-hari krusial operasi pencarian. Berdasarkan laporan terkini pada Selasa (18/11), upaya tim gabungan SAR (Search and Rescue) membuahkan hasil dengan ditemukannya dua jenazah korban tewas tambahan. Penemuan ini secara signifikan meningkatkan jumlah total korban meninggal dunia yang berhasil dievakuasi menjadi **18 orang**. Tragedi ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan bahaya laten bencana geologi di wilayah tersebut.

Meskipun demikian, fokus utama tim pencarian dan pertolongan gabungan saat ini masih tertuju pada **lima orang warga** yang hingga kini masih dinyatakan hilang dan diduga kuat tertimbun material longsoran. Pencarian kelima korban ini menjadi prioritas utama tim gabungan, yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, TNI, Polri, serta relawan lokal.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, **Abdul Muhari**, dalam keterangan tertulisnya, menjelaskan bahwa operasi pencarian pada hari sebelumnya terpaksa dihentikan sementara pada pukul 16.15 WIB. Keputusan ini diambil karena faktor cuaca buruk yang ekstrem dan tidak mendukung, mengingat kondisi medan yang sangat rawan akan adanya tanah bergerak susulan. Peringatan dini dan kewaspadaan tinggi terus diterapkan oleh tim di lapangan untuk meminimalisasi risiko tambahan bagi personel SAR.

Untuk hari ketujuh operasi pencarian, yang jatuh pada hari ini, Rabu (19/11/2025), tim telah menetapkan strategi pencarian yang terfokus. Targetnya adalah menemukan kelima korban yang hilang tersebut dengan membagi area operasi menjadi **tiga *workset*** atau zona kerja. Pembagian zona ini bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya dan mempercepat proses evakuasi di tengah kondisi medan yang sulit dan berbahaya.

Bencana longsor yang terjadi pada **Kamis (13/11)**, sekitar pukul 19.00 WIB, telah menimbulkan dampak kerusakan yang sangat parah. Material longsor yang massif menimbun permukiman warga di **Dusun Tarukahan** dan **Dusun Cibuyut**, Desa Cibeunying. Selain memakan korban jiwa, dampak fisik dan infrastruktur akibat bencana ini juga sangat signifikan.

Menurut data BNPB yang disampaikan oleh Muhari, longsor tersebut telah menyebabkan setidaknya **16 rumah warga roboh total atau hilang** terseret material longsor. Selain itu, **25 rumah lainnya kini berada dalam kondisi terancam** dan berpotensi terdampak longsor susulan. Sektor pertanian juga tidak luput dari kerusakan, dengan **1 hektare lahan pertanian** dilaporkan terdampak parah.

Secara keseluruhan, dampak langsung bencana ini dirasakan oleh **46 jiwa** yang kehilangan tempat tinggal atau mengalami kerusakan serius. Sebagai respons cepat, total **383 orang warga** telah mengungsi di beberapa lokasi yang telah ditetapkan, antara lain **Balai Desa Cibeunying**, **MTS SS Cibeunying**, **Masjid Baeturrohman Wanasari**, dan di rumah-rumah kerabat atau saudara yang lebih aman.

Saat ini, upaya penanganan pascabencana difokuskan pada dua aspek utama: **pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi** dan **pemantauan intensif risiko longsor susulan**. Logistik berupa makanan, selimut, obat-obatan, dan layanan kesehatan terus disalurkan ke posko-posko pengungsian. Di sisi lain, tim geologi dan kebencanaan terus melakukan kajian untuk memantau pergerakan tanah dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat dan tim SAR.

Skala kerusakan geologis di lokasi kejadian juga menunjukkan tingkat keparahan yang luar biasa. Longsor tersebut tidak hanya merusak 12 rumah dan mengancam 16 rumah lainnya, tetapi juga mencakup area seluas sekitar **6,5 hektare**. Selain penimbunan permukiman, bencana ini juga menyebabkan fenomena **penurunan tanah sedalam 2 meter** dan munculnya **retakan tanah sepanjang 25 meter**, yang menandakan ketidakstabilan geologis di lokasi terdampak. Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di masa mendatang dipastikan akan membutuhkan perencanaan yang matang dan komprehensif, dengan mempertimbangkan kondisi geografis yang sangat rawan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *