Connect with us

Nasional

Apa Alasan Mendasar Di Balik Letusan Mendadak Gunung Berapi Yang Telah Lama Tidak Aktif Selama Ribuan Tahun?

Published

on

Semarang (usmnews) dikutip dari cnnindonesia.com Dunia vulkanologi baru saja dikejutkan oleh peristiwa alam yang langka dan dramatis di Ethiopia. Gunung berapi purba Hayli Gubbi, yang telah “terlelap” dalam masa dorman selama kurang lebih 12.000 tahun, tiba-tiba meletus pada Senin (24/11). Erupsi ini tidak main-main; gunung tersebut memuntahkan kolom abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 14 kilometer ke atmosfer, menandakan kekuatan energi yang selama ini terpendam di perut bumi.

Peristiwa ini memicu pertanyaan besar di kalangan masyarakat awam: Bagaimana mungkin sebuah gunung yang sudah ribuan tahun tidak aktif dan dianggap “tidur” tiba-tiba bisa meledak kembali Memahami Konsep “Gunung Tidur” (Dormant)
Untuk menjawab fenomena ini, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hadi Wijaya, memberikan pencerahan ilmiah yang krusial. Menurut Hadi, istilah “dormant” atau tidur dalam vulkanologi tidak sama dengan “mati”.

Sebuah gunung api dikatakan dormant ketika ia tidak mengalami erupsi dalam rentang waktu puluhan hingga ratusan—bahkan ribuan—tahun. Namun, status ini bukan berarti aktivitas di bawahnya berhenti total. Gunung tersebut tetap terhubung dengan sistem reservoar magma di kedalaman.

“Gunung api dormant bukan merupakan indikator bahwa magma berhenti naik ke permukaan. Sistem di bawahnya masih hidup, hanya saja belum ada tekanan yang cukup untuk memecah batuan penutup,” jelas Hadi.

Mekanisme Pemicu: Mengapa Magma Naik Kembali?
Hadi Wijaya menguraikan bahwa ada berbagai mekanisme kompleks di bawah permukaan bumi yang bisa memicu kebangkitan gunung api tidur. Proses ini sering kali tidak terlihat di permukaan hingga detik-detik terakhir. Berikut adalah faktor-faktor utamanya:

Pengisian Ulang Magma (Magmatic Recharge): Ini adalah proses di mana magma segar dari mantel bumi atau litosfer naik ke atas. Kedatangan magma baru ini meningkatkan volume dan tekanan di dalam dapur magma. Selain itu, terjadi akumulasi gas vulkanik yang masif. Ketika tekanan ini melampaui kekuatan batuan penutup kawah, maka terjadilah erupsi.

Intrusi Magma (Magma Intrusion): Magma bisa bermigrasi mencari celah menuju permukaan. Proses ini menciptakan jalur baru (dike atau sill) yang memecahkan batuan di sekitarnya. Aktivitas ini biasanya ditandai dengan gempa vulkanik, kenaikan suhu tanah, dan pelepasan gas (degassing). Menariknya, proses ini bisa terjadi bahkan setelah masa istirahat ratusan tahun.

Tekanan Hidrotermal (Hydrothermal Pressurization): Faktor ini sering menjadi penyebab erupsi yang tiba-tiba dan berbahaya. Hal ini terjadi ketika air tanah bersentuhan langsung dengan sumber panas atau magma. Interaksi ini mengubah air menjadi uap bertekanan super tinggi dalam waktu singkat, menyebabkan ledakan yang dikenal sebagai erupsi freatik. “Erupsi freatik paling sering muncul tiba-tiba, bahkan di gunung yang lama diam,” tutur Hadi.

Faktor Eksternal dan Tektonik: Gempa bumi tektonik yang besar dapat membuka retakan baru atau mengganggu stabilitas sistem magma. Selain itu, perubahan fisik di permukaan seperti erosi kawah, longsor, atau bahkan curah hujan ekstrem yang mengubah beban air tanah, juga bisa menjadi pemicu tak terduga.

Analisis Kasus Hayli Gubbi: Peran Tektonik Lempeng Secara spesifik mengenai Gunung Hayli Gubbi, Hadi mengklasifikasikan kejadian ini sebagai erupsi mendadak dengan karakter freatik-freatomagmatik. Lokasi geografis gunung ini memegang peranan kunci.

Hayli Gubbi terletak di wilayah Afar, Ethiopia, tepatnya di selatan Erta Ale. Kawasan ini adalah salah satu zona tektonik paling dinamis di dunia yang dikenal sebagai sistem rifting aktif. Di sini, tiga lempeng tektonik raksasa—Lempeng Nubia, Somalia, dan Arab—sedang bergerak saling menjauh.

Gerakan “pemekaran benua” ini menyebabkan kerak bumi di wilayah tersebut meregang, menipis, dan membentuk banyak retakan baru. Kondisi kerak yang menipis ini memberikan jalur “jalan tol” bagi magma untuk naik ke permukaan dengan lebih mudah.

Hadi menyimpulkan bahwa kebangkitan Hayli Gubbi kemungkinan besar dipicu oleh intrusi magma yang didorong oleh proses rifting tersebut. Meskipun permukaan gunung tampak tenang selama ribuan tahun, di kedalaman bumi terjadi akumulasi tekanan akibat pergerakan lempeng yang terus menerus. Studi di sekitar wilayah Erta Ale juga mendukung asumsi bahwa intrusi magma dapat merambat jauh di bawah permukaan dan membangunkan sistem vulkanik lain di sekitarnya.

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Bumi adalah planet yang dinamis, dan waktu “tidur” bagi sebuah gunung berapi hanyalah satu fase dalam siklus geologi yang panjang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *