Connect with us

Tech

AI Plus jadi magnet baru China undang investasi global

Published

on

Chongqing (usmnews) – Dikutip dari ANTARA News. Penerapan strategi AI Plus oleh China telah menarik perhatian global, menjadikannya pusat baru bagi investasi asing dan kolaborasi internasional di bidang teknologi kecerdasan buatan. Inisiatif ini menandai pergeseran fokus China, dari sekadar basis manufaktur menjadi pusat inovasi yang mengintegrasikan AI secara mendalam ke dalam sektor-sektor industri tradisional.

Kota Chongqing, yang secara historis dikenal sebagai basis manufaktur penting di China barat daya, kini berfungsi sebagai contoh nyata dari transformasi ini. Kota ini telah berubah menjadi showcase di mana integrasi antara AI dan industri manufaktur tidak hanya direncanakan tetapi juga diimplementasikan.

Salah satu contoh menonjol dari lonjakan integrasi AI ini adalah yang dilakukan oleh Seres Group. Perusahaan yang merupakan produsen Kendaraan Energi Baru (NEV) terkemuka di China dengan kapitalisasi pasar fantastis, melebihi 270 miliar yuan (sekitar 38 miliar dolar AS), kini memfokuskan investasinya pada kecerdasan tertanam (embedded intelligence). Seres Group telah menjalin kemitraan strategis dengan raksasa teknologi, ByteDance. Kolaborasi ini diresmikan melalui perjanjian kerangka kerja antara anak perusahaan Seres di Chongqing dan ByteDance. Tujuannya adalah untuk melakukan desain bersama dan operasional end-to-end lainnya guna membangun ekosistem aplikasi AI yang sama sekali baru.

Langkah-langkah seperti ini menunjukkan bagaimana inisiatif “AI Plus” yang dicanangkan pemerintah China disambut baik dan direspon positif oleh komunitas bisnis serta investor dari seluruh dunia.

Kehadiran para investor global dalam Pertemuan Dewan Penasihat Ekonomi Internasional Wali Kota Chongqing ke-19 pada akhir September semakin memperkuat pandangan ini. Para investor global tersebut secara kolektif mengakui China sebagai basis inti untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) AI, serta sebagai lokasi ideal untuk penerapan teknologi kecerdasan buatan.

Dorongan resmi untuk inisiatif ini datang pada bulan Agustus, ketika China menerbitkan serangkaian pedoman yang rinci untuk implementasi mendalam dari “AI Plus”. Pedoman ini menguraikan pendekatan sistematis, tidak hanya untuk memperkuat infrastruktur pendukung AI, tetapi juga untuk mempercepat integrasi teknologi AI ke dalam berbagai spektrum ekonomi dan sosial negara.

Para eksekutif perusahaan multinasional yang hadir di pertemuan tersebut, yang melibatkan perwakilan dari 21 perusahaan dari 11 negara, secara bulat menyepakati satu pesan kunci: Jika ingin mengembangkan AI, China adalah tempatnya.

Michael Mertin, CEO dari AT&S AG, sebuah perusahaan manufaktur asal Austria, menyoroti potensi pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan. Ia berpendapat bahwa integrasi AI dengan manufaktur berkelanjutan akan membuka ruang kolaborasi baru yang sangat besar di China.

Keunggulan daya tarik China bagi perusahaan multinasional didasarkan pada empat pilar utama: pasar yang luas, iterasi aplikasi yang sangat cepat, ekosistem industri yang menyeluruh, dan lingkungan inovasi yang matang.

Jerome Dorlack, Presiden sekaligus CEO Adient, pemimpin global dalam industri jok otomotif, memberikan kesaksian langsung mengenai kecepatan inovasi ini. Ia mengatakan, “Kami menguji coba banyak teknologi global di China justru karena kecepatan penerapan dan iterasi teknologi di sini adalah yang tercepat.” Sebagai contoh, ia menyebut bahwa salah satu pusat teknologi global terbesar Adient berada di Chongqing, dan inovasi AI yang mereka kembangkan di sana, seperti otomatisasi proses menjahit, berhasil mengurangi intervensi manual hingga 20-30 persen. Yang terpenting, inovasi ini kemudian diterapkan secara global.

Dari perspektif biaya dan ekonomi, Bertrand Stoltz, Wakil Presiden Eksekutif STMicroelectronics, menunjukkan bahwa keunggulan biaya yang ditawarkan China dalam inovasi AI telah menyediakan landasan teknis dan ekonomi yang solid bagi penerapan aplikasi pintar dalam skala besar di sektor manufaktur. Perusahaan ini sendiri telah menunjukkan komitmen jangka panjang di China, dengan dimulainya operasional pabrik wafer karbida silikon senilai 23 miliar yuan di Chongqing pada Februari, yang produksinya ditujukan untuk menyuplai cip berkinerja tinggi bagi industri NEV dan fotovoltaik di China.

Xia Quan, Wakil Presiden Global Qualcomm, juga menegaskan komitmen perusahaannya untuk memanfaatkan keahlian AI mereka guna bekerja sama dengan Chongqing dalam membangun “sistem kekuatan produktif berkualitas baru” yang berfokus pada AI.

Perusahaan-perusahaan AI di China sendiri kini tidak hanya berinovasi secara internal, tetapi juga mengekspor infrastruktur cerdas dan ekosistem bisnis global melalui model yang mereka sebut “manufaktur AI plus”. Peluncuran model AI sumber terbuka (open-source), seperti DeepSeek, oleh perusahaan China juga menunjukkan pergeseran global menuju pengembangan AI yang lebih terbuka dan kolaboratif. Dorlack menegaskan, dalam perlombaan AI, “Tidak ada satu perusahaan pun memegang apa yang disebut sebagai kunci utama. Untuk mencapainya dibutuhkan seluruh ekosistem.

“Menutup pernyataan, Mertin dari AT&S AG menggarisbawahi peran China sebagai pemimpin inovasi global dan menekankan pentingnya untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi inovasi bersama perusahaan-perusahaan China, baik dalam pengembangan teknologi, produk, maupun integrasi pasar. Mengingat China masih menjadi pasar inti, AT&S AG berencana meningkatkan pelokalan litbang produk AI di China, mengoptimalkan rantai pasokan lokal, dan secara aktif bekerja sama dalam membangun ekosistem industri yang kuat.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *