International
Gebrakan Naga Timur, Penemuan Deposit Emas Bawah Laut Terbesar Asia dan Ambisi Mineral China

Semarang (usmnews) – Dikutip dari cnbcindonesia.com kembali menegaskan dominasinya dalam peta sumber daya alam global melalui sebuah pencapaian bersejarah di sektor pertambangan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah industri ekstraktifnya, China berhasil menemukan deposit emas di bawah laut. Penemuan yang berlokasi di lepas pantai Laizhou, kota Yantai, Provinsi Shandong ini tidak hanya sekadar penambahan angka cadangan, melainkan telah dikukuhkan sebagai deposit emas bawah laut terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia.
Penemuan strategis ini diumumkan secara resmi dalam konferensi tinjauan rencana lima tahun pemerintah setempat, menandakan bahwa eksplorasi ini merupakan bagian dari agenda negara yang terencana. Lokasi penemuan di Laizhou semakin memperkuat status wilayah tersebut sebagai “ibu kota” emas China. Saat ini, cadangan emas terbukti di Laizhou telah menembus angka 3.900 ton, sebuah jumlah fantastis yang mencakup seperempat dari total cadangan emas nasional China. Hal ini menempatkan Semenanjung Jiaodong di Shandong sebagai salah satu sabuk pertambangan emas paling produktif dan signifikan di dunia.

Gelombang “Demam Emas” Baru di China
Penemuan di Laizhou bukanlah kejadian tunggal, melainkan puncak dari serangkaian keberhasilan eksplorasi geologi China belakangan ini. Negeri Tirai Bambu tampaknya sedang mengalami fase “demam emas” modern yang didukung oleh negara.
- Provinsi Liaoning: Bulan lalu, otoritas setempat mengonfirmasi penemuan deposit emas kadar rendah dengan volume mencapai 1.444 ton. Ini tercatat sebagai penemuan tunggal terbesar sejak Republik Rakyat China berdiri pada tahun 1949.
- Pegunungan Kunlun: Di wilayah perbatasan barat yang terpencil, survei geologi juga menemukan deposit emas masif dengan estimasi lebih dari 1.000 ton.
Rangkaian penemuan ini secara drastis mengubah neraca kekayaan mineral China, memberikan fondasi yang lebih kuat bagi ekonomi negara tersebut di tengah ketidakpastian global.
Strategi Mengejar Ketertinggalan Cadangan Global
Meskipun China telah lama memegang predikat sebagai produsen emas nomor satu dunia dengan output produksi mencapai 377 ton pada tahun lalu posisi mereka dalam hal total “cadangan terbukti” masih berada di bawah bayang-bayang negara raksasa tambang lainnya seperti Afrika Selatan, Rusia, dan Australia.
Beijing menyadari kesenjangan ini dan berambisi untuk menutupnya. Motivasi di balik eksplorasi agresif ini bukan hanya soal nilai moneter emas sebagai aset safe haven atau pelindung nilai terhadap volatilitas mata uang. Lebih dari itu, emas memegang peranan vital dalam rantai pasok industri teknologi tinggi masa depan, termasuk komponen elektronik canggih dan sektor kedirgantaraan (aerospace).

Investasi Masif dan Pemanfaatan Teknologi Tinggi
Keberhasilan China menemukan “harta karun” di dasar laut dan pegunungan terpencil tidak lepas dari dukungan pendanaan yang luar biasa besar dan penerapan teknologi mutakhir.
- Anggaran Jumbo: Pemerintah China telah menggelontorkan dana hampir 116 miliar yuan (sekitar Rp253,3 triliun) hanya untuk eksplorasi geologi pada tahun lalu. Jika diakumulasikan sejak 2021, total investasi dalam rencana lima tahun saat ini mendekati 450 miliar yuan, yang telah menghasilkan penemuan 150 deposit mineral baru.
- Teknologi Canggih: Metode pencarian konvensional telah ditinggalkan. China kini mengerahkan Kecerdasan Buatan (AI), teknologi radar penembus tanah (ground-penetrating radar), serta sistem pemetaan satelit untuk mendeteksi deposit mineral yang sebelumnya sulit dijangkau.
Langkah strategis ini terjadi pada momen yang sangat tepat, di mana harga emas global sedang melambung tinggi akibat ketegangan geopolitik. Dengan harga emas spot yang diperdagangkan di kisaran US$4.338,3 per ons (Rp69,4 juta) pada pertengahan Desember 2025, penemuan cadangan baru ini memberikan leverage ekonomi yang sangat besar bagi Beijing dalam menghadapi dinamika pasar komoditas global.







