Connect with us

Lifestyle

Posisi tidur “T-Rex” merupakan kebiasaan berbahaya karena dapat memicu kerusakan saraf.

Published

on

Semarang (usmnews) dikutip dari cnbcindonesia.com Keluhan umum seperti tangan kesemutan (baal) atau bahu kaku saat bangun tidur seringkali dianggap sebagai masalah sepele yang akan hilang seiring waktu. Namun, artikel ini menyoroti bahwa gejala-gejala tersebut adalah indikator penting yang berakar pada kebiasaan tidur yang tidak disadari dan berisiko, khususnya posisi tidur “T-Rex”. Para ahli mengingatkan bahwa mengabaikan sinyal tubuh ini dapat berujung pada kerusakan saraf jangka panjang.

🔬 Mekanisme Patologis Posisi “T-Rex”

Posisi “T-Rex” merujuk pada kebiasaan tidur di mana seseorang melipat dan menarik kedua lengan secara tajam ke dekat dada. Meskipun awalnya mungkin tertidur dalam posisi yang santai, tubuh cenderung mengerut dan mengunci diri menjelang dini hari.

Menurut Dr. Raj Dasgupta, seorang spesialis tidur dan penasihat medis di Sleepopolis, posisi ini jauh lebih dari sekadar kekhasan tidur. Ini adalah mekanisme yang menciptakan tekanan berulang dan signifikan pada jalur saraf di area siku dan pergelangan tangan. Ketika lengan ditekuk dan diselipkan, tekanan pada saraf seperti saraf ulnaris di siku atau saraf median di pergelangan tangan dapat meningkat drastis. Akibatnya, terjadi gangguan pada aliran darah ke ekstremitas, yang memicu sensasi kesemutan (paresthesia) dan mati rasa (numbness). Jika pola ini terus diulang, Dr. Dasgupta memperingatkan bahwa dampaknya dapat meluas, menyebabkan kekakuan dan nyeri kronis pada bahu.

Pandangan ini didukung oleh Dr. Matthew Bennett, seorang dokter ortopedi. Ia menjelaskan bahwa tekanan semalaman yang terjadi pada ruang-ruang sempit tempat saraf lewat dapat memicu iritasi yang menyerupai carpal tunnel syndrome. Semakin intens dan sering posisi ini diadopsi, semakin tinggi pula risiko terjadinya gangguan saraf yang membutuhkan penanganan serius.

Kieran Sheridan, seorang fisioterapis, menguatkan temuan ini dari pengalaman klinisnya. Pasiennya sering melaporkan gejala khas seperti tangan “mati”, kesulitan melakukan genggaman yang kuat, atau kebutuhan untuk mengibaskan tangan berkali-kali saat bangun untuk memulihkan sensasi. Sheridan menekankan bahwa keluhan-keluhan ini adalah sinyal kritis dari sistem saraf yang menunjukkan adanya masalah.

⚠️ Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Dr. Dasgupta menekankan bahwa gejala harus dianggap serius jika: terjadi kesemutan hampir setiap malam, mati rasa yang bertahan lama setelah bangun, atau timbulnya kelemahan otot yang terasa saat beraktivitas di siang hari. Mengabaikan tanda-tanda ini dapat menyebabkan gejala memburuk, seperti nyeri yang menjalar ke seluruh lengan atau sering menjatuhkan benda karena hilangnya kekuatan genggam.

Meskipun kondisi ini seringkali reversibel hanya dengan modifikasi kebiasaan tidur, Dr. Dasgupta memberikan peringatan keras: tekanan saraf yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan berpotensi menyebabkan kerusakan saraf permanen.

🧘 Hubungan Antara Posisi Tidur dan Kesehatan Mental

Menariknya, artikel ini juga mengeksplorasi dimensi psikologis dari posisi “T-Rex”. Meskipun bagi sebagian orang posisi mengerut terasa nyaman dan naluriah melindungi diri, psikolog klinis Judit Merayo Barredo berpendapat bahwa kebiasaan ini dapat mengindikasikan sistem saraf yang berada dalam keadaan siaga tinggi (hyper-arousal).

Barredo menceritakan kasus pasien yang menderita insomnia dan kelelahan kronis, yang selalu bangun dengan posisi tubuh terlipat, rahang mengencang, dan bahu menunduk—semua merupakan respons tubuh terhadap stres. Setelah melalui terapi dan mengadopsi rutinitas tidur yang lebih menenangkan, pola tidur pasien tersebut berubah, dan tubuhnya berhenti “mengunci diri”. Barredo menyimpulkan bahwa perubahan posisi tidur menjadi lebih terbuka adalah tanda fisik bahwa tubuh telah mencapai rasa aman yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa, terlepas dari ada atau tidaknya kecemasan klinis, tubuh cenderung mencari posisi protektif saat menghadapi stres, kurang tidur, atau ketegangan harian yang tinggi.

💡 Solusi dan Intervensi Sederhana

Para ahli menyarankan beberapa metode sederhana untuk mencegah posisi ekstrem ini:

  1. Penggunaan Penghalang Fisik (Eksperimen Bennett): Dr. Bennett menyarankan trik mudah dengan membungkus handuk kecil di sekitar siku dan mengikatnya secara longgar menggunakan perban elastis. Halangan lembut ini membatasi kemampuan siku untuk menekuk secara tajam. Bagi yang mengalami nyeri pergelangan tangan, penggunaan wrist brace (penyangga pergelangan tangan) saat tidur dapat sangat membantu.
  1. Modifikasi Posisi Lengan (Saran Sheridan): Sheridan menawarkan solusi spesifik berdasarkan posisi tidur:
    • Tidur Miring: Gunakan bantal kecil atau handuk terlipat yang diletakkan di antara lengan dan dada untuk menjaga posisi lengan tetap netral. Alternatifnya, bantal peluk (body pillow) dapat memberikan sandaran yang mencegah lengan tertarik ke dalam.
    • Tidur Telentang: Posisi optimal adalah lengan lurus di samping tubuh atau diletakkan di atas bantal kecil di dekat pinggul. Penting untuk menghindari menyisipkan lengan di bawah bantal atau kepala.

Sheridan menyimpulkan bahwa kunci dari semua intervensi ini adalah menjaga lengan tetap terbuka atau terentang. Ini adalah cara efektif untuk memperlancar sirkulasi, mengurangi tekanan pada saraf, dan mendukung pemulihan otot selama tidur, yang sangat penting untuk kesehatan ekstremitas jangka panjang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *