Connect with us

International

Perdana, Pimpinan Hamas Angkat Bicara Momen Serangan Israel di Doha

Published

on

Jakarta (usmnews), Dikutip dari Detikcom, Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera di Doha, Qatar, pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, memaparkan pengalaman mengerikan yang dialaminya saat serangan Israel beberapa hari lalu. Ini adalah pernyataan publik pertamanya setelah insiden tersebut. Hamad memberikan detail tentang bagaimana dia dan rombongannya berhasil selamat dari agresi yang intens itu, meskipun serangan tersebut menewaskan beberapa rekan mereka.

Menurut Hamad, pada saat serangan terjadi, mereka sedang mengadakan rapat penting. Rapat tersebut melibatkan delegasi negosiasi Hamas dan beberapa penasihat. Mereka baru saja mulai meninjau proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat, yang telah disampaikan melalui mediator dari Qatar. Kurang dari satu jam setelah pertemuan dimulai, tiba-tiba terdengar ledakan yang sangat keras. Suara ledakan ini segera dikenali oleh Hamad sebagai serangan Israel, karena pengalamannya tinggal di Gaza di mana serangan serupa sering terjadi.

Menyadari bahaya yang mengancam, Hamad dan seluruh anggota yang hadir di rapat tersebut segera meninggalkan lokasi. Mereka tahu bahwa tinggal di sana hanya akan membahayakan nyawa mereka. Sayangnya, tindakan cepat ini tidak cukup untuk menyelamatkan semua orang. Serangan yang begitu intens dan mendadak itu menewaskan lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar. Hamad menggambarkan situasi tersebut sebagai “mengerikan” karena roket-roket terus berjatuhan tanpa henti. Menurutnya, setidaknya ada dua belas roket yang mendarat dalam waktu kurang dari satu menit. Meski demikian, berkat “ketetapan Tuhan,” mereka berhasil selamat dari agresi mematikan tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Hamad juga menyampaikan pandangan Hamas terhadap isu-isu regional. Ia menyebutkan bahwa rencana Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengubah tatanan Timur Tengah memerlukan respons yang terkoordinasi dari negara-negara Arab. Lebih lanjut, ia mengungkapkan rasa frustrasi Hamas terhadap proses negosiasi gencatan senjata. Menurutnya, pengalaman pahit dalam negosiasi menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak dapat dipercaya sebagai mediator yang jujur.

Menanggapi ancaman dari mantan Presiden AS, Donald Trump, terkait perlakuan terhadap tawanan Israel, Hamad menegaskan bahwa Hamas tidak merasa terintimidasi. Ia menyatakan bahwa para sandera diperlakukan “sesuai dengan nilai-nilai kami” dan bahaya yang mereka hadapi semata-mata berasal dari tindakan Israel. Pernyataan ini menegaskan posisi Hamas yang menyalahkan Israel atas segala risiko yang menimpa para sandera, sekaligus menolak tuduhan perlakuan buruk terhadap mereka. Secara keseluruhan, wawancara ini memberikan gambaran langsung dari sudut pandang Hamas mengenai situasi terkini dan pandangan mereka terhadap para pihak yang terlibat.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *