Lifestyle
Laura Pernah Alami Diskriminasi Saat Jadi Pembicara di Kampus

Jakarta(usmnews)- Cinta Laura protes halus saat ditempatkan di meja istri sebagai pembicara kampus. Pengalamannya jadi contoh nyata bias gender. Dalam acara peringatan Hari Kartini 2025 di Museum Nasional Jakarta, artis berdarah Jerman ini mengungkapkan bagaimana panitia acara justru menempatkannya di meja bersama para istri pembicara dan rektor, bukan di meja pembicara utama.
Dengan tegas, Cinta mengambil inisiatif pindah ke meja pembicara pria. “Mereka langsung terlihat tidak nyaman,” ujarnya. Saat mendapat kesempatan berbicara di panggung tentang kesetaraan gender, ia menjadikan kejadian tersebut sebagai contoh nyata diskriminasi yang masih terjadi. “Aku menyampaikannya dengan bijak, dan mereka akhirnya menyadari kesalahan serta meminta maaf,” jelas Cinta.
Perempuan 31 tahun ini menekankan bahwa semangat Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan masih sangat relevan. Ia mengapresiasi kemajuan pendidikan dan ruang berekspresi bagi perempuan modern, namun menyayangkan masih banyaknya kasus kekerasan dan victim blaming. “UU TPKS sudah ada sejak 2022, tapi implementasinya masih jauh dari harapan,” kritiknya.
Cinta juga menyoroti peran media yang kerap tidak empatik dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan. Melalui platformnya, ia konsisten menyuarakan isu ini selama 5-10 tahun terakhir. “Aku ingin perempuan merasa aman dan dihargai di mana pun,” tegasnya.
Dalam rangka Hari Kartini, Titimangsa dan Bakti Budaya Djarum Foundation menggelar pertunjukan “Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini” yang melibatkan seniman multigenerasi. Cinta berharap acara semacam ini bisa terus menyebarkan semangat kesetaraan Kartini di era modern.