Business
Harta Kekayaan Bos Telegram yang Ditangkap di Prancis Sentuh Rp239 T

Jakarta (usmnews) –Pada tahun 2023, majalah Forbes menobatkan Zhang sebagai miliarder terkaya di Asia Tenggara. Pria kelahiran China ini dinobatkan sebagai salah satu pengusaha teknologi paling berpengaruh di dunia. Saat itu, usianya baru menginjak 39 tahun.
Forbes menyebut kekayaan Zhang tidak hanya mengungguli para pebisnis lainnya di Asia, tetapi juga melampaui beberapa miliarder dunia. Bahkan, kekayaannya diperkirakan lebih besar daripada Mukesh Ambani, pengusaha asal India yang sebelumnya dinobatkan sebagai orang terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$90 miliar atau sekitar Rp1.395 triliun (asumsi kurs Rp15.500).
Forbes memperkirakan kekayaan Zhang mencapai US$55 miliar. Jika dirupiahkan, jumlahnya mencapai Rp852,5 triliun. Sumber utama kekayaannya berasal dari bisnis teknologi yang ia bangun, terutama dari aplikasi TikTok yang menjadi fenomena global.
Pada Jumat malam lalu (23/8), Zhang ditangkap di Bandara Barajas, Madrid, Spanyol.
Melansir dari Reuters, informasi ini pertama kali diungkap oleh media Spanyol, El País, dan Televisión Española (TVE) yang mengutip sumber anonim.
TikTok, yang sangat populer di berbagai negara, terutama di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia, menjadi salah satu platform media sosial utama dunia, bersaing dengan Facebook, YouTube, Instagram, dan Twitter. Dilansir dari CNN Indonesia
Berbasis di Beijing, TikTok didirikan oleh Zhang Yiming pada tahun 2016. Sebelum mendirikan TikTok, Zhang pernah bekerja di berbagai perusahaan teknologi di China. TikTok yang awalnya fokus pada pasar China, kini telah menjadi aplikasi global dengan lebih dari 150 negara.
Menurut El País, Zhang yang bepergian dengan pesawat jet pribadinya menjadi sasaran surat perintah penangkapan di Spanyol sebagai bagian dari penyelidikan polisi terhadap dugaan pelanggaran privasi dan keamanan data.
El País dan TVE melaporkan bahwa penyelidikan ini difokuskan pada pengumpulan data pengguna tanpa persetujuan yang jelas. Hal ini dianggap memungkinkan aktivitas ilegal terjadi di platform TikTok.
Sejak ketegangan meningkat antara China dan beberapa negara Barat terkait isu keamanan data, TikTok menjadi sorotan. Aplikasi ini dicurigai oleh beberapa negara Barat sebagai alat pengumpulan data oleh pemerintah China, meskipun pihak TikTok telah berulang kali membantah tuduhan tersebut.
Aplikasi ini juga menjadi salah satu platform yang sering digunakan oleh berbagai kelompok untuk menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi, yang menambah kekhawatiran atas pengawasan dan regulasi yang diperlukan