Education

8 Prioritas Baru Beasiswa LPDP 2026

Published

on

Semarang(Usmnews)– Dikutip dari kompas.com Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengumumkan adanya pergeseran strategi dalam prioritas pemberian beasiswa. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat delapan cita-cita (Asta Cita) pembangunan nasional yang bertujuan menyukseskan visi Indonesia Emas 2045.

‎‎Perubahan signifikan ini akan mulai diimplementasikan pada tahun 2026. Nantinya, akan ada delapan bidang ilmu atau jurusan spesifik yang mendapatkan porsi alokasi beasiswa lebih besar dibandingkan bidang lainnya. Kedelapan bidang prioritas tersebut adalah: Pangan, Energi, Maritim, Kesehatan, Digitalisasi, Pertahanan, Hilirisasi, dan Manufaktur maju.

‎‎Pergeseran fokus ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari tren yang sudah dimulai. Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, dalam sebuah pernyataan pada 17 Juli (dikutip pada Rabu, 12 November 2025), mengungkapkan bahwa untuk tahun 2025, LPDP telah menargetkan 65 persen dari total penerima beasiswanya akan berasal dari rumpun studi STEM (Science, Technology, Engineering, and Maths).

‎‎Meski demikian, Dwi Larso menegaskan bahwa LPDP tidak akan mengarahkan 100 persen beasiswanya ke bidang STEM. Ia menjelaskan bahwa bidang non-STEM, seperti sosial humaniora, tetap sangat dibutuhkan karena perannya yang esensial dalam mendukung kemajuan bidang STEM itu sendiri di masa depan.‎‎

Pentingnya keseimbangan antara berbagai disiplin ilmu ini juga mendapatkan sorotan dari pemerintah. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dari Kemenko PMK, Ojat Darojat, menegaskan perlunya memastikan tata kelola beasiswa LPDP—yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan—berjalan dengan baik.‎‎

Dalam sebuah pemberitaan tertanggal 24 September di situs Kemenko PMK, Ojat menekankan bahwa penguatan program studi tidak hanya penting untuk bidang digital dan STEM, tetapi juga untuk bidang SHAPE (Social, Humanities, Arts for People, and Economy).‎‎

Menurut Ojat, LPDP memiliki tanggung jawab ganda, yakni tidak hanya untuk “menyiapkan talenta unggul di bidang STEM, tetapi juga SHAPE.” Ia menyebut bahwa “pendekatan multidisipliner menjadi kunci” utama agar program-program studi yang didanai dapat benar-benar relevan dengan kebutuhan nyata di masyarakat dan sejalan dengan agenda pembangunan manusia Indonesia.‎‎

Untuk mendukung kolaborasi antardisiplin ini, sebuah inisiatif besar tengah direncanakan, yaitu pembangunan Regional Advanced Laboratorium for AI and Humanity. Laboratorium ini dirancang untuk menjadi pusat riset unggulan multidisipliner yang operasionalnya berbasis pada co-creation atau penciptaan bersama.‎‎

Fasilitas riset canggih ini tidak akan terpusat di satu lokasi. Rencananya, laboratorium ini akan tersebar di berbagai universitas yang menjadi ‘hub’ di enam wilayah strategis Indonesia, yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua.‎‎

Laboratorium ini akan berfungsi sebagai pusat kolaborasi regional sekaligus membentuk konsorsium dengan perguruan-perguruan tinggi lain di sekitarnya. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai pemerataan akses dan kualitas riset di seluruh penjuru Indonesia.‎‎S

ecara spesifik, laboratorium ini akan menjadi jembatan yang menghubungkan bidang STEM dan SHAPE. Fungsinya adalah untuk mendukung riset kolaboratif, mengakselerasi pengembangan talenta digital, serta mendorong lahirnya inovasi teknologi yang strategis bagi kepentingan nasional.

‎‎Prinsip utama dari laboratorium ini adalah ‘terbuka’ (open access). Artinya, akses pemanfaatan fasilitas tidak hanya terbatas bagi kalangan akademisi, tetapi juga terbuka lebar untuk mitra dari industri dan pemerintah.‎

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version