Tech
X/Twitter Ubah Kebijakan: Like Kini Bersifat Privat

(usmnews) – Media sosial X/Twitter kembali mengubah kebijakannya. Pengguna kini bisa memberikan tanda suka atau like (tanda hati) pada sebuah unggahan tanpa diketahui oleh pengguna lain.
Pasalnya, X/Twitter kini membuat aktivitas memberikan like pada sebuah twit menjadi privat mulai minggu ini.
Dalam twit resmi dengan handle @XEng, tim engineer X menyebutkan bahwa perubahan ini bertujuan untuk melindungi privasi pengguna.
Dengan begitu, diharapkan pengguna bisa lebih leluasa terlibat dengan lebih banyak konten di platform X. Misalnya, pengguna memberikan like pada twit “edgy” (tak biasa), tanpa khawatir dihakimi.
Selama ini, semua twit atau konten yang disukai pengguna bisa dilihat oleh pengguna lain di tab “Likes” di profil pengguna. Dengan catatan, profil pengguna bersifat publik atau saling berteman (follow).
“Memberikan like di depan umum mendorong pada perilaku yang salah. Misalnya, banyak orang merasa kecil hati untuk menyukai konten yang mungkin “menyebalkan” karena takut akan pembalasan dari para ‘troll’, atau untuk melindungi citra publik mereka,” tulis insinyur di X/Twitter, Haofei Wang.
“Anda akan segera dapat menyukai tanpa khawatir siapa yang akan melihatnya,” lanjut Haofei Wang.
Aktivitas like ini sebenarnya juga membantu memberi sinyal kepada algoritma tentang apa yang pengguna minati, sehingga akan membuat lebih banyak konten tersebut ditampilkan di feed.
Meski pengguna lain tidak bisa lagi melihat deretan twit yang kita berikan tanda love, pemilik akun masih dapat melihat twit yang mereka like.
“Anda tidak akan lagi melihat siapa yang menyukai postingan orang lain,” tulis @XEng.
Selebihnya, kebijakan soal “Like” di X/Twitter masih sama. Misalnya, penulis twit tetap dapat melihat siapa yang menyukai postingnya. Jumlah like dan metrik lain untuk twit juga akan tetap muncul di notifikasi.
Sebagai perbandingan, kebijakan baru like di X/Twitter ini berbeda dengan TikTok. Aplikasi berbagi video milik ByteDance itu juga punya tab “Like” di tiap profil TikTok. Hanya saja, TikTok memberikan kebebasan bagi pengguna, apakah ingin membuat video yang disukai bisa dilihat orang lain atau hanya bisa dilihat oleh pengguna sendiri. Pengguna bisa mengaturnya kapan saja lewat pengaturan.
Diubah setelah izinkan konten pornografi
Perubahan video yang disukai (liked video) menjadi privat ini hadir sekitar seminggu setelah X/Twitter mengizinkan pengguna mengunggah konten maupun grafis bermuatan konten dewasa (not safe for work/NSFW) atau pornografi di platform-nya.
Aturan ini diumumkan perusahaan dengan menambahkan klausul baru ke daftar kebijakan X/Twitter.
“Kami percaya bahwa pengguna bisa membuat, mendistribusikan dan mengonsumsi materi terkait tema seksual, selama materi itu diproduksi dan didistribusikan atas dasar suka sama suka,” demikian keterangan X terkait kebijakan konten dewasa dikutip dari halaman Pusat Bantuan X.
Perusahaan ini juga menilai bahwa konten dewasa merupakan bentuk ekspresi artistik yang legal. Akan tetapi, media sosial milik Elon Musk itu tetap memasang aturan main bila pengguna ingin mengunggah konten tersebut.
Salah satunya yaitu bahwa pengguna harus menambahkan label yang jelas untuk mengidentifikasinya sebagai konten sensitif.
Konten itu juga tidak diizinkan diunggah di tempat yang mencolok, misalnya sebagai gambar profil atau banner alias gambar persegi panjang di halaman profil.
Konten yang mendorong eksploitasi hingga kekerasan terhadap anak di bawah umur juga termasuk konten dewasa yang diharamkan. Aturan ini berlaku untuk konten dewasa yang dalam format fotografi, animasi maupun konten yang dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
X/Twitter juga membatasi konten itu agar tidak muncul di linimasa pengguna di bawah usia 18 tahun, sesuai dengan usia yang dicantumkan di platform-nya.
Ingin saingi OnlyFans?
Adapun sebelumnya, aturan soal konten dewasa di X/Twitter terbilang abu-abu. Sebab, platform mikroblog ini tidak pernah secara eksplisit melarang konten dewasa.
Laporan Reuters pada tahun 2022 bahkan menunjukkan bahwa sekitar 13 persen postingan di X/Twitter adalah konten dewasa. Jumlahnya ditaksir meningkat lagi sejak saat itu.
Walhasil, X/Twitter menjadi alternatif bagi pembuat konten dewasa untuk mendistribusikan konten hingga mendorong audiens untuk membayar bila ingin menontonnya lebih lanjut.
Konsep ini mirip dengan platform berbagi konten OnlyFans dan boleh jadi menjadi alternatif pendapatan X.
Diumumkannya kebijakan baru ini menegaskan bagaimana posisi X/Twitter terkait konten itu. Perusahaan ini juga menyatakan bahwa kebijakan soal konten dewasa menggantikan kebijakan “Media Sensitif dan Ujaran Kebencian” yang ada sebelumnya.
Meski bersifat mengganti, pada dasarnya kebijakan yang sebelumnya sudah ditegakkan termasuk soal batasan usia tetap diterapkan pada aturan baru.