Connect with us

Education

Waspada Stroke di Usia Muda: Mengenali Gejala Tersembunyi yang Sering Diabaikan

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip CNN Indonesia Stroke tidak lagi hanya menyerang kelompok usia lanjut, melainkan juga mengancam kaum dewasa muda. Kondisi ini memerlukan perhatian serius karena stroke yang tidak ditangani dengan cepat dapat mengakibatkan penurunan mobilitas seumur hidup, bahkan kematian.

Menurut ahli bedah saraf, Sunil Kutty, stroke terjadi ketika pasokan darah dan oksigen ke otak terputus, baik karena penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah. Tanpa oksigen, sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit, menjadikannya salah satu penyebab utama disabilitas jangka panjang dan kematian secara global. Oleh karena itu, kecepatan penanganan menjadi kunci. Sebuah studi pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pasien yang menerima intervensi medis dalam kurun waktu 90 menit setelah gejala muncul memiliki peluang pemulihan yang jauh lebih baik dalam tiga bulan.

Namun, tantangan terbesar terletak pada pengenalan gejala, terutama pada orang dewasa muda, di mana tanda-tanda awal seringkali tidak disadari atau diabaikan.

Obstructive Sleep Apnea (OSA): Gejala Stroke Tersembunyi​Rupanya, salah satu gejala stroke tersembunyi yang kini mulai diakui adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA). Praktisi kesehatan, Amit Kulkarni, mengungkapkan bahwa sekitar 50 hingga 70 persen pasien stroke juga menderita sleep apnea. OSA kini ditetapkan sebagai faktor risiko penting untuk stroke berulang.

OSA adalah gangguan tidur yang paling umum terkait pernapasan, ditandai dengan berulang kali berhentinya napas (apnea) saat tidur. Jeda ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Gejala OSA yang terjadi saat tidur sering kali hanya disadari oleh pasangan, meliputi:​

  1. Mendengkur dengan keras.​
  2. Jeda napas saat tidur.​
  3. Terbangun di malam hari karena tersedak atau terengah-engah.​
  4. Sering buang air kecil di malam hari.

Selain itu, gejala OSA juga bisa muncul di siang hari dan kerap disalahartikan sebagai kelelahan biasa, antara lain:​

  1. Mulut kering atau sakit tenggorokan saat bangun.​
  2. Sakit kepala di pagi hari.​Kesulitan berkonsentrasi.​
  3. Perubahan mood, seperti mudah marah atau merasa depresi.​
  4. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

Hubungan Erat dan Risiko Berulang​. Hubungan antara OSA dan stroke diperkuat oleh berbagai tinjauan ilmiah. Sebuah studi di New England Journal of Medicine menemukan bahwa OSA secara signifikan meningkatkan risiko stroke atau kematian. Tinjauan lain di Sleep Disorders & Stroke menyarankan agar OSA terus dipantau pada pasien stroke karena tingginya prevalensi kondisi tersebut dan dampaknya terhadap pengobatan.

Amit Kulkarni secara khusus memperingatkan bahwa bahkan pada orang dewasa muda, OSA menjadi penyebab utama stroke berulang. Jika pasien stroke dengan OSA tidak mendapatkan penanganan yang tepat, peluang mereka untuk mengalami stroke berulang dalam kurun waktu dua tahun bisa mencapai 50 persen.

Kesimpulannya, kesadaran terhadap Obstructive Sleep Apnea sebagai gejala tersembunyi menjadi sangat krusial, terutama bagi kelompok usia dewasa muda yang cenderung mengabaikan tanda-tanda gangguan tidur. Penanganan OSA yang tepat adalah langkah penting dalam upaya pencegahan stroke pertama maupun stroke berulang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *