International
Upaya Perdamaian Trump dengan Putin Gagal Hasilkan Terobosan

WASHINGTON (usmnews) – Upaya Presiden AS Donald Trump damaikan perang Ukraina dengan Presiden Rusia Vladimir Putin gagal, meski sempat muncul spekulasi ‘tukar wilayah’
Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, usai bertemu Putin di Moskow pada 6 Agustus 2025, melaporkan bahwa Rusia siap memberi konsesi besar untuk mengakhiri perang. Trump kemudian menyebut ada “kemajuan besar” dan berencana menggelar pertemuan bersejarah dengan Putin.
Namun, informasi itu segera menimbulkan kebingungan. Witkoff pada 7 Agustus mengatakan Putin siap mundur dari Zaporizhzhia dan Kherson jika Ukraina menyerahkan Donetsk dan Luhansk.
Pernyataan itu mengejutkan pemimpin Eropa, yang menilai klaim tersebut tidak sesuai dengan posisi Rusia.
Besoknya, Witkoff bilang Putin hanya isyaratkan Moskow tak menuntut pengakuan formal atas Zaporizhzhia dan Kherson.
Ketidakjelasan bertambah karena Witkoff hadir tanpa pencatat resmi, sehingga usulan Putin tak terdokumentasi.
Puncaknya, pertemuan Trump-Putin di Anchorage, Alaska, pada 15 Agustus hanya menghasilkan pernyataan hangat tanpa kesepakatan damai.
Sejumlah pejabat Eropa khawatir pendekatan Trump yang cepat, personal, dan di luar jalur diplomasi resmi bisa memaksa Ukraina menerima konsesi yang merugikan.
Intelijen Ukraina bahkan memperingatkan Jerman bahwa Putin mungkin hanya memanfaatkan pertemuan itu untuk membeli waktu sebelum melancarkan ofensif baru.
Pertemuan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Washington pada 18 Agustus dinilai lebih positif.
Trump dan para pemimpin Eropa sepakat mulai merancang jaminan keamanan bagi Ukraina. Namun, Moskow menolak jaminan yang melibatkan kehadiran pasukan asing di Ukraina, membuat prospek damai tetap jauh.
Kurt Volker, mantan utusan AS untuk Ukraina, menilai situasi tidak berubah sejak Trump menjabat kembali.
“Rusia tidak bergeser sedikit pun, perang terus berkecamuk, dan belum ada strategi jelas untuk menghentikan Putin,” katanya.
Sementara itu, serangan rudal dan drone Rusia di Kyiv pada Kamis (28/8) menewaskan sedikitnya 18 orang, menegaskan stagnasi upaya perdamaian internasional.