Connect with us

International

Ukraina Minta Rudal Jarak Jauh Tomahawk, AS Bilang Gini

Published

on

Jakarta (usmnews), Dikutip dari Detikcom,Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang secara serius mempertimbangkan untuk menyetujui permintaan Ukraina terkait pasokan rudal jelajah jarak jauh Tomahawk. Permintaan ini diajukan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai bagian dari upaya pertahanan negara tersebut melawan invasi skala penuh yang dilancarkan Rusia sejak tahun 2022.

Permintaan Ukraina tersebut sebenarnya merupakan skema tidak langsung: Zelensky meminta AS untuk menjual rudal Tomahawk kepada negara-negara Eropa, yang kemudian akan bertindak sebagai pemasok senjata tersebut ke Ukraina.

Wakil Presiden AS JD Vance mengonfirmasi pertimbangan ini dalam sebuah wawancara dengan program “Fox News Sunday” pada Minggu (29/9) waktu setempat, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters pada Senin (29/9/2025). Vance menyatakan bahwa Gedung Putih “tentu saja sedang mempertimbangkan sejumlah permintaan dari negara-negara Eropa” mengenai isu ini.

Meskipun demikian, Vance menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai persetujuan kesepakatan transfer rudal Tomahawk ini berada di tangan Presiden Donald Trump. Hal ini mengindikasikan bahwa diskusi mengenai potensi pengiriman senjata ofensif dengan jangkauan signifikan tersebut sedang berlangsung di tingkat tertinggi pemerintahan AS.

Penting untuk dicatat bahwa rudal Tomahawk buatan AS merupakan aset militer yang sangat kuat. Rudal ini memiliki jangkauan tempur hingga 2.500 kilometer, yang akan memberikan kemampuan serangan presisi jarak jauh yang sangat berharga bagi Kyiv. Dalam konteks perang di Ukraina, Tomahawk akan menjadi alat penting bagi Ukraina untuk menangkal dan merespons rentetan serangan rudal dan drone yang dilancarkan secara terus-menerus oleh militer Rusia.

Namun, potensi pengiriman senjata semacam ini hampir pasti akan dipandang oleh Federasi Rusia sebagai eskalasi signifikan dalam konflik yang sedang berlangsung. Pemberian kemampuan menyerang yang lebih dalam ke wilayah Rusia dapat memicu reaksi keras dari Moskow.

Presiden Trump sendiri sebelumnya pernah menolak permintaan Ukraina untuk mendapatkan rudal jarak jauh. Namun, dikabarkan terjadi pelunakan sikap baru-baru ini, terutama karena Trump merasa frustrasi dengan keengganan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk maju ke meja perundingan dan mencapai kesepakatan damai.

Dalam wawancaranya, JD Vance juga menyoroti situasi di medan perang, menyebutkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah “terhenti” (stalled) dan hanya menghasilkan “keuntungan teritorial sedikit baru-baru ini.”

Vance menggarisbawahi upaya administrasi AS untuk mendorong penyelesaian konflik secara damai. “Kami secara aktif mengupayakan perdamaian sejak awal pemerintahan,” kata Vance. Dia menekankan bahwa Rusia perlu “menyadari dan menerima kenyataan” bahwa banyak orang yang tewas sementara Moskow “tidak mendapatkan banyak hasil” dari invasi tersebut. Pesan dari Washington, melalui pernyataan Wakil Presiden, jelas: sudah saatnya bagi Rusia untuk menyikapi konflik ini secara serius dan terbuka terhadap proses perdamaian, mengingat tingginya biaya nyawa dan minimnya kemajuan militer.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *